Senin 13 May 2013 08:26 WIB
Kredit Bank

Kredit Perbankan Mulai Melambat

Kredit (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Kredit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mencatat adanya perlambatan pada pertumbuhan kredit perbankan. Pertumbuhan kredit hingga Maret 2013 mencapai 22,2 persen.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan angka tersebut lebih rendah ketimbang pertumbuhan kredit pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 24,9 persen. Menurutnya, perlambatan tersebut sejalan dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini, hanya 6,02. “Namun, secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan masih wajar,” katanya, akhir pekan lalu.

Perlambatan terjadi di kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi. Pertumbuhan kredit modal kerja menurun dari 25,2 persen pada kuartal I 2012 menjadi 23,7 persen pada kuartal I 2013. Pertumbuhan kredit investasi juga turun dari 30,6 persen menjadi 23,2 persen. Selain itu, kredit konsumsi menjadi 18,9 persen pada kuartal I 2013 dari 20,5 persen pada kuartal I 2012.

Sektor yang paling berkontribusi terhadap perlambatan kredit adalah pertambangan, pertanian, konstruksi, jasa sosial, dan listrik. Kredit pada sektor industri pertambangan tahun lalu berhasil tumbuh 34,4 persen, sedangkan realisasi kredit ke sektor pertambangan kuartal I tahun ini hanya sebesar 19 persen. Kredit di sektor pertanian tahun lalu mencapai 30,7 persen, sedangkan tiga bulan pertama tahun ini hanya 26,6 persen.

Kredit ke sektor konstruksi juga mengalami penurunan dari 22 persen pada kuartal I 2012 menjadi 17,6 persen. Sektor jasa sosial menurun drastis dari 21,6 persen menjadi 9,6 persen. Listrik menurun dari 77,3 persen menjadi 4,6 persen. “Sektor ini umumnya untuk pembangunan listrik skala kecil, sampai dengan 1.000 mw,” ujar Perry. Meski demikian, rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan masih terkendali. NPL tahun ini berada di posisi 1,97 persen.

Walaupun mengalami perlambatan pada triwulan I, perbankan optimistis bisa meningkatkan kreditnya pada triwulan II. Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan pihaknya terus mencermati kondisi makroekonomi Indonesia maupun dunia. Menurutnya, perlambatan ekonomi masih akan dapat berdampak pada perlambatan kredit di triwulan II 2013.

Dia pun optimistis penyaluran kredit OCBC tetap tinggi sepanjang tahun ini. Apalagi, berkaca pada triwulan I 2013, kredit OCBC masih tumbuh sekitar 27 persen. Parwati mengatakan pencapaian tersebut sejalan dengan rencana pertumbuhan yang dicanangkan sejak awal tahun.

 

Hal yang sama diungkapkan Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala Nugraha Mansury. Menurutnya, meskipun yakin pertumbuhan kredit perseroan tahun ini tumbuh baik, perusahaan tetap berhati-hati menyalurkan kreditnya. Salah satu alasannya karena sektor komoditas dan pertambangan masih belum mengalami perbaikan signifikan.

Assistant Vice President ICRA Indonesia Kreshna D Armand menyatakan secara umum pertumbuhan kredit perbankan Indonesia tahun ini turun di kisaran 20-22 persen. Pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dibandingkan 2011 yang mencapai 24,6 persen. Hal tersebut disebabkan penurunan tajam pada pertumbuhan pinjaman valuta asing.

Selain itu, prediksi tersebut telah memperhitungkan kondisi makroekonomi Indonesia yang kurang mendukung. Pemulihan ekonomi global pun masih merangkak. Tak hanya itu, inflasi yang bersumber dari berbagai aspek juga masih menjadi ancaman. Apalagi, tahun ini pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik dan upah minimum pegawai. Perlambatan juga disebabkan perlunya perbankan beradaptasi dengan bombardir kebijakan yang muncul pada akhir tahun lalu. n satya festiani ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement