REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis produksi gula tahun ini mencapai target sebesar 2,58 juta ton. Hasil evaluasi terakhir, produksi gula bahkan dilaporkan surplus mencapai 2,78 ton. Evaluasi yang rutin dilakukan tiga bulan sekali akan kembali diadakan bulan depan.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Gamal Nasir menyatakan, saat ini persediaan fisik di gudang gula mencapai 396.156 ton. Jumlah itu dihitung dari persediaan yang terdapat di pabrik gula sebesar 98.425 ton, di petani sebesar 6.916 ton, dan di pedagang sebesar 290.818 ton. Adapun persediaan produksi eks-tebu hingga Juli 2013 mencapai 1.285.969 ton.
Sementara itu, kata Gamal, kebutuhan gula kristal putih (GKP) hingga Juli 2013 diperkirakan mencapai 787.607 ton. “Persediaan gula juga masih mencukupi, tidak ada masalah,” ujar Gamal, di Jakarta, Senin (13/5).
Gamal berharap, produksi gula akan stabil sepanjang tahun. Namun, dia mengaku masih terus meninjau produksi gula nasional. Pada awal tahun, Kementan menargetkan kenaikan produksi sebanyak 12 persen. Tahun lalu, pemerintah berhasil memproduksi gula melebihi target sebesar 2,58 juta ton. Padahal, target awal dicetuskan sebanyak 2,54 ton. Tahun ini, Kementan juga mendapatkan tambahan lahan tebu seluas 300 hektare (ha) dari Kementerian Kehutanan dan Badan Pertahanan Nasional (BPN).
Optimisme pemerintah tidak sejalan dengan Dewan Gula Indonesia. Anggota Dewan Gula Indonesia Arum Sabil menyatakan, keberhasilan produksi tahun lalu lebih karena faktor cuaca. Produksi tanaman tebu melimpah karena iklim basah mengiringi masa pertumbuhan vegetatif yang mencakup akar, batang, dan daun. Arum tidak yakin dukungan iklim yang sama akan terjadi tahun ini. “Perkiraan saya produksi gula tahun ini justru turun,” ujar Arum.
Arum melanjutkan, Dewan Gula Indonesia juga meragukan rencana pemerintah untuk melaksanakan swasembada gula tahun depan. Dengan pembenahan produksi sekalipun, program itu baru bisa dilaksanakan dua hingga tiga tahun mendatang. Pemerintah pun perlu melakukan serangkaian upaya, antara lain, meningkatkan kadar gula di dalam batang tebu (rendeman) menjadi 10 persen dan revitalisasi pabrik gula. Lahan tebu yang harus ditambah idealnya sebanyak 750 ha.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, revitalisasi pabrik gula harus dilaksanakan sebelum memasuki pasar bebas pada 2015. Revitalisasi pabrik harus menjadi prioritas kebijakan lantaran produsen lokal akan bersaing ketat dengan produsen mancanegara dalam hal kualitas dan harga. “Agar tebu kita sebanding dengan industri yang sama di luar negeri,” kata Soemitro.
Dia melanjutkan, revitalisasi pabrik akan sangat berguna untuk meningkatkan produksi. Jumlah pabrik gula di seluruh Indonesia kini hanya 62 unit. Kapasitas terpasang pabrik gula sekitar 213 ribu ton cane per hari. Sedangkan, luas perkebunan tebu mencapai 451 ha. Dengan pembenahan, pemerintah tidak perlu kerepotan mencari lahan untuk produksi karena hasil rendeman akan terdongrak. Cara yang efisien selanjutnya juga akan memengaruhi biaya produksi menjadi lebih murah.
Soemitro mengingatkan, untuk menjaga produksi gula stabil sepanjang tahun, pemerintah juga perlu mendorong petani agar tidak melakukan giling awal. Proses penggilingan harus dilakukan sesuai tingkat ketuaan gula. Petani tebu sebaiknya juga tidak terlalu lama menggiling gula yang terlalu tua. Pabrik gula pun harus memperhitungkan kapasitas produksi agar meraih hasil optimal. “Jangan sampai rebutan tebang, yang penting jangan panik menghadapi perubahan iklim,” katanya.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, kendala lahan bisa memupuskan target swasembada gula pada 2014. Untuk swasembada gula, pemerintah membutuhkan tambahan lahan setara 300 ribu ha. “Tambahan lahan ini yang sulit diperoleh,” ujarnya. n meiliani fauziah ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.