REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Mantan presiden Filipina Joseph Estrada bakal kembali menduduki bangku kekuasaan. Namun, kali ini dia tidak menjabat sebagai presiden atau menteri, melainkan sebagai wali kota Manila.
Dalam pemilihan umum lokal, Estrada (76 tahun) berhasil mengalahkan wali kota petahana Alfredo Lim (83 tahun), mantan kepala Kepolisian Manila.
Lim sebelumnya juga pernah menjabat sebagai mantan menteri dalam negeri di era Estrada. "Saya tidak memiliki keinginan lain dalam tahun-tahun terakhir kehidupan saya selain mendedikasikan pengalaman saya dalam pelayanan publik," ujarnya setelah memproklamasikan kemenangan di hadapan pendukungnya, Selasa (14/5).
Kemenangan Estrada dalam pemilihan di Manila terbilang menarik. Sebab, turunnya Estrada dari kursi kepresidenan 12 tahun lalu tidak dengan cara elegan. Estrada dijatuhkan melalui kudeta gerakan antikorupsi pada 2001. Dia kemudian dinyatakan bersalah.
Namun, tokoh yang dibesarkan lewat jalur film ini mendapatkan pengampunan. Dalam kampanyenya, Estrada berjanji akan mengembalikan kembali kejayaaan kota bersejarah di sepanjang Teluk Manila yang telah mengalami kerusakan. Selama ini banyak penduduk yang mengeluhkan tingginya kasus kejahatan di kawasan bersejarah ini yang turut memengaruhi kunjungan turis.
Kemenangan Estrada mengirimkan sinyal negatif kepada Presiden Filipina Benigno Aquino yang mencoba memanfaatkan momentum reformasi dan agenda pemberantasan korupsi di pertengahan masa jabatan. Terpilihnya Estrada yang memiliki pengaruh politik cukup luas juga dapat mengancam penerus Aquino dalam pemilihan presiden 2016 mendatang.
Ini bukan tanpa alasan, karena Manila merupakan lumbung suara cukup besar. Dengan kemenangannya, oposisi dapat menjadikan Manila sebagai basis kekuatan. Dalam pemilihan sela, kubu oposisi Estrada berkoalisi dengan Wakil Presiden Jejomar Binay. Jejomar Binay diprediksi akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden mendatang.
Meski demikian, untuk saat ini Aquino masih memegang kekuasaan pemerintah secara penuh. Filipina menggelar pemilu sela anggota parlemen dan pemilihan lokal, Senin (13/5). Hingga Selasa (15/5), kubu Aquino memperoleh suara mayoritas di kongres. Dengan sekitar 75 persen hasil penghitungan suara tak resmi, koalisi Aquino memenangkan sembilan dari 12 kursi senat yang diperebutkan.
Aquino juga menguasai majelis rendah dan menjadikannya sebagai satu-satunya presiden yang memiliki suara mayoritas di Kongres sejak demokrasi dipulihkan pada 1986.
Aquino yang merupakan satu-satunya putra mantan presiden Corazon Aquino memenangkan pemilihan presiden pada 2010. Dalam kampanye, dia membawa platform pemberantasan korupsi, pengurangan angka kemiskinan, dan pemerintahan yang baik. Kepercayaan masyarakat terhadapnya terbilang tinggi, yakni mencapai 70 persen.
"Hasil ini merupakan dorongan nyata buat Aquino untuk menjalankan agenda reformasinya yang menurutnya akan semakin baik setelah menguasai senat," ujar Euben Paracuelles, pengamat ekonomi dari Singapura. Pemilihan sela Filipina kali ini masih diwarnai dengan isu politik dinasti. AP menilai, politik dinasti terus memonopoli kehidupan pemerintahan di Filipina.
Imelda Marcos (83 tahun), misalnya, kembali memenangkan periode kedua masa jabatannya sebagai anggota kongres dari daerah pemilihan di Provinsi Ilocos Norte. Sedangkan, putra Estrada, JC Ejercito, merupakan satu di antara calon anggota senat.
Jika terpilih, dia akan bergabung dengan kakak tirinya yang sudah terlebih dahulu menjadi senator. Salah satu kandidat lain yang unggul dalam pemilihan senat adalah sepupu Aquino, Benigno “Bam” Aquino. n ap/reuters/teguh firmansyah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.