REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komunitas hijabers mulai tergerak membangun jejaring bisnis. Mereka saling memberdayakan. Ria Miranda, salah satu pendiri Hijabers Community, mengatakan bahwa anggota komunitas ini diikutsertakan dalam serangkaian pelatihan. Mereka menjalani pelatuhan fotografi, fashion, dan pembuatan aksesori hijab.
Dulu, di awali dengan ramai pelatihan tutorial hijab. Namun, sekarang tampaknya orang sudah mulai bosan karena terlalu banyak yang melakukan hal serupa. Menurut Ria, gantinya adalah pelatihan yang membangun potensi ekonomi. Di antaranya, hal terkait hijab itu sendiri. Ia beralasan potensi bisnis pakaian Muslimah ini sangat besar.
Pasar semakin terbuka luas karena semakin banyak perempuan Muslim sadar untuk mengenaikan hijab. “Saya sudah berhasil menjadi perancang busana Muslimah dan ingin menularkan ke yang lain,” kata Ria di Jakarta, Kamis (16/5). Ia mempunyai label pakaian dan memproduksi sendiri. Bahkan, produknya telah banyak dikenal oleh masyarakat secara luas.
Menurutnya, selain membangun pelatihan kepada anggota Hijabers Community, sebaiknya mereka juga tergerak sendiri. Mereka bisa mencontoh sosok seperti Dian Pelangi. Ia mengaku hal itu memang secara relatif telah berjalan. Tadinya, di komunitas ini hanya ada empat orang yang terjun menekuni karier sebagai perancang atau desainer.
Dengan berbagai pelatihan dan menghadirkan sosok yang menginspirasi, anggota lainnya juga ikut menekuni bidang serupa. “Kini telah ada sekitar 15 orang anggota yang berkecimpung menjalankan usaha pakaian Muslimah,” kata Ria. Ia menambahkan, selain menjadi produsen, kiat lain yang dikenalkan olehnya kepada anggota Hijabers Community adalah cara memasarkan produk.
Menurut Ria, jalur yang paling potensial dipakai sebagai pemasaran produk busana Muslimah adalah melalui dunia maya. Toko online, jejaring sosial, sebaran foto melalui instagram, menurutnya menjadi jalur yang paling cepat membuahkan hasil. Biasanya, pemasaran lewat cara tersebut lebih efektif dalam menjaring minat konsumen.
Selain itu, Ria sedang merencanakan sebuah workshop yang bisa memicu lagi semangat anggotanya agar terjun menjadi wirausaha, di samping ia tetap menjalankan kegiatan rutin usahnya. “Saatnya para hijabers mengembangkan kreativitas baru,” ujarnya. Hijab Depok Community yang beranggotakan ratusan orang menempuh jalan sama.
Mereka membangun kesadaran bisnis pada anggotanya. “Kami banyak adakan pembicaraan tentang bisnis dengan mendatangkan pengusaha,” kata pendiri Hijab Depok Community Fina Dewi Febriyana. Ia menuturkan, sudah banyak bisnis yang dilakukan anggotanya. Mereka bergerak di bidang fashion, makanan, aksesori, dan lainnya.
Menurut Fina, mulanya organisasi ini berdiri hanya sebagai tempat berkumpul Muslimah yang sama minatnya. Namun, ada peluang bisnis di situ dan mereka bersama-sama menggarapnya. Fina mengatakan, kalau salah satu anggota menekuni bisnis, akan didukung. Potensinya dimaksimalkan dengan melibatkannya pada sejumlah program pemberdayaan.
Hijab Depok Community ini juga menyiapkan tempat untuk berpromosi bagi usaha para anggotanya. Salah satunya adalah melalui jejaring sosial Twitter. “Setiap Jumat anggota boleh mempromosikan produknya kemudian di-retweet,” katanya. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.