Jumat 17 May 2013 09:15 WIB

Agen Elpiji Ditata Ulang

Red: Zaky Al Hamzah
Salah satu pangkalan gas Elpiji 3 kg (ilustrasi).
Foto: epublika/Darmawan
Salah satu pangkalan gas Elpiji 3 kg (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjualan yang tidak tepat pada tingkat agen menyebabkan langkanya elpiji tiga kg di sejumlah daerah. Sejak April lalu, Pertamina pun sudah melakukan penataan distribusi dan agen untuk mempermudah pengawasan agar gas bersubsidi itu tepat sasaran.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir menyatakan, penataan ini memang menimbulkan perubahan dan pengaruh. Tapi, kata dia, kondisi itu akan segera teratasi.

Ali mengupayakan penataan berakhir sebelum Ramadhan (Juli) dan paling lambat pada Agustus 2013. “Itu hanya terjadi di awal-awal saja dan pasti menemukan keseimbangan,” ujar dia, Kamis (16/5).

Penataan distribusi elpiji tiga kg perlu dilakukan agar tidak digunakan oleh usaha. Idealnya, setiap pangkalan gas elpiji hanya dipasok satu agen. Tapi faktanya, Ali menegaskan, beberapa agen menjangkau area yang sama.

Penataan yang dilakukan pun, sambung dia, hanya terkait distribusi, bukan pasokan. Pertamina mengaku tetap menyalurkan elpiji tiga kilogram sesuai kebutuhan masyarakat. Realisasi penyaluran hingga akhir April 2013 sebanyak 1,37 juta metrik ton. “Jumlah itu sama dengan 6,8 persen di atas kuota yang ditargetkan, yaitu 1,29 juta metrik ton,” kata Ali.

Pertamina juga sudah mengajukan usulan tambahan kuota elpiji kepada pemerintah untuk dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP). Menurut Ali, respons pemerintah sejauh ini  positif. Namun, dia belum mengetahui berapa angka tambahan elpiji tersebut.

Ali menduga kelangkaan elpiji di beberapa daerah disebabkan oleh ulah agen. Ada kalanya, agen-agen itu mengembuskan isu kelangkaan supaya pasokan elpiji ditambah. Pertamina juga berkomunikasi aktif dengan polisi untuk melakukan penindakan, seperti penimbunan.

Dalam sepekan ini, elpiji  tiga kg langka di sejumlah daerah, seperti Lampung, Kebumen, dan Cibinong. Polisi menduga adanya penimbunan untuk meraup keuntungan.

Menanggapi hal ini, Pertamina menggelar operasi pasar atau extra doping jika masyarakat masih kesulitan mendapatkan elpiji. Langkah ini seperti dilakukan di Lampung dan Bengkulu.

Pengawas Hubungan Eksternal Pertamina Pemasaran dan Operasi Region II Sumatra bagian Selatan Roberth MV mengatakan, operasi pasar di Palembang melibatkan 32 agen elpiji dengan total sejumlah 109.760 tabung  yang diselengarakan hingga 18 Mei.

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Golkar Satya Widya Yudha menilai kelangkaan elpiji tiga kg terjadi akibat perbedaan harga elpiji. Harga elpiji tiga kg, kata dia, berkisar antara Rp 14 ribu dan Rp 19 ribu.

Perbedaan harga ini, jelas Satya, mendorong sejumlah oknum melakukan penimbunan di daerah. “Mereka menimbun elpiji untuk dijual di daerah-daerah yang harga elpijinya jauh lebih tinggi,” tegasnya.

Perbedaan harga disebabkan jarak lokasi wilayah dengan tempat produksi pertamina. Satya meminta Pertamina harus melakukan standardisasi harga agar tidak ada perbedaan harga.

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PDIP Effendi Simbolon berharap kelangkaan elpiji tiga kg bukan akibat rekayasa. Dia menuding Pertamina memiliki kepentingan untuk menaikkan harga elpiji tiga kg. Sebab, selama ini, katanya, Pertamina mengalami kerugian dalam memproduksi elpiji tiga kg.  n maspril aries/dyah ratna meta novia/c62 ed: ratna puspita

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement