Sabtu 18 May 2013 08:28 WIB
Konflik Suriah

Turki-AS Sepakat Assad Turun

Bashar Al Assad
Foto: REUTERS
Bashar Al Assad

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Turki  Recep Tayyip Erdogan sepakat menuntut agar Presiden Suriah Bashar al-Assad mundur.   Bagi Obama dan Erdogan, kedamaian di Suriah tak akan tercapai jika Assad masih berada di pucuk kekuasaan. Kesepakatan itu dicapai seusai pertemuan keduanya di Gedung Putih, Kamis (16/5). Mereka berjanji akan terus mendesak Assad mundur.

AS sebenarnya, kata Obama, memiliki beberapa pilihan untuk menghadirkan perdamaian di Suriah. Langkah itu bisa berupa jalur diplomatik ataupun militer. Kedua langkah itu cukup beralasan karena Obama mengakui senjata kimia telah digunakan di Suriah.  Penggunaan senjata kimia dalam peperangan mengancam keamanan AS dalam jangka panjang. Tak hanya AS, tapi juga sekutu serta tetangga-tetangga mereka.

Meski demikian, menurut Obama, AS tidak bisa menggunakan langkah sepihak menghadapi Suriah ke depan. Alih-alih membuat kondisi lebih baik, justru menimbulkan persoalan baru. Kalaupun Paman Sam mengambil langkah lanjutan, kata Obama, maka tidak bisa sendiri.

“Saya tak yakin semua orang di kawasan, termasuk perdana menteri berpikir tindakan sepihak Amerika Serikat akan membuat kondisi jauh lebih baik di dalam maupun luar Suriah,” ujar Obama. 

Sebelumnya, pemerintahan Obama mendapat tekanan yang kuat, khususnya dari Partai Republik untuk segera menggunakan militer. Anggota dari Partai Demokrat pun siap meluncurkan RUU yang memungkinkan Amerika Serikat mengirim senjata.

Kehadiran Erdogan di Washington pun diharapkan bisa menekan Obama untuk mengambil tindakan lebih tegas. Perdana Menteri Erdogan menyatakan kedua pihak memiliki satu pandangan dalam perang Suriah. Karena itu, kedua negara akan terus bekerja sama untuk mengakhiri perang ini.

Obama sejak awal berhati-hati untuk meluncurkan kata ‘perang’ meski mengatakan Suriah telah melewati batas. Jajak pendapat warga AS yang tidak menyetujui serangan militer ke Suriah kemungkinan menjadi alasan Obama tak mengulangi kesalahan Bush Junior ketika menyerang Irak.

Presiden Afro-Amerika ini tampaknya juga khawatir mengirimkan bantuan senjata. Persenjataan itu ditakutkan akan jatuh ke tangan Fraksi Al Nusra yang berafiliasi dengan Alqaidah. Apalagi, Kementerian Luar Negeri sudah menjuluki Al Jawlani, pemimpin Al Nusra, sebagai teroris global dan ingin membangun negara Islam di Suriah.

Obama menekankan pentingnya peran internasional, seperti halnya Resolusi Majelis Umum PBB yang baru saja disahkan pada Rabu (15/5). Begitu juga, menurut Obama, pembicaraan dengan sekutu utama Suriah, yaitu Rusia. Kedua negara, Rusia dan AS, berencana menyelenggarakan konferensi perdamaian bagi Suriah. Namun, hal tersebut belum tentu terselenggara karena, baik Pemerintah Suriah maupun oposisi, menolak kehadiran satu dengan yang lain.

Di satu sisi, Rusia juga berencana mengajak Iran dalam pembicaraan itu. Kementerian Luar Negeri AS hingga kini tak menanggapi permintaan Rusia ini. Sekjen PBB Ban Ki-moon di Rusia, Jumat (17/5), mengatakan konferensi internasional harus diselenggarakan sesegera mungkin. “Kita tidak boleh kehilangan momentum ini,” ujarnya menyinggung proposal yang diajukan AS-Rusia.

Ban berbicara setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.  Secara terpisah, AS menjatuhkan sanksi kepada empat menteri Suriah, maskapai, dan satu televisi nasional yang telah membantu pemerintahan Assad.

Bukti senjata kimia

Erdogan sendiri mengaku otoritas Turki telah menguji sampel dari korban Suriah. Turki yang merupakan negara tetangga Suriah telah membawa hasil tes itu sebagai bukti kepada Amerika Serikat dan Inggris. Ia pun menyatakan hasil tersebut akan dibawa ke sidang Dewan Keamanan PBB pada waktu yang tepat. Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan jumlah pengungsi Suriah, baik yang sudah maupun yang akan mendaftar, lebih dari 1,5 juta jiwa. n ichsan emrald alamsyah/ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement