REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Generasi muda yang mempunyai kemampuan intelektual dan spiritual adalah andalan untuk mewujudkan Indonesia maju. “Kemajuan hanya terwujud jika kita memiliki sumber daya manusia yang cakap intelektual juga menjunjung spiritualitas,” kata Ary Ginanjar Agustian, pendiri ESQ Leadership Center (ESQ LC), dalam milad ke-13 lembaga tersebut, Kamis (16/5) malam.
Ary menyebut Indonesia yang maju sebagai Indonesia Emas. Ia menargetkan itu dapat terwujud pada 2020 mendatang. Indonesia Emas, kata dia, merupakan keadaan di mana negara ini maju dengan karakter mulia, hidup sejahtera, dan menjadi negara adidaya. Dalam hal ini, ia menekankan landasan spiritual dan moral tak boleh sirna.
“Kita tidak mau seperti bangsa Eropa dan Amerika dulu. Ekonomi mereka bangkit tetapi moralitasnya hancur,” kata Ary. Ia merasa perlu mengingatkan hal ini karena indikasi Indonesia ke arah kemajuan sudah terlihat. Karena itu, inilah saat tepat bagi generasi tua menginvestasikan karakter dan nilai ketuhanan. Anak-anak muda inilah yang memimpin dalam kurun 20-30 tahun mendatang.
Mudah-mudahan, banyak pemuda yang sarat spiritualitas mampu mewujudkan Indonesia yang maju. Ary mengutip seorang ilmuwan, Arnold Toynbee, “Suatu bangsa akan mengalami kejayaan apabila hati menjadi panglima dan mengalami keemasan bila pikiran dan hati disatukan. Bangsa akan mengalami kehancuran bila akal dan nafsu dijadikan panglima.”
Menteri Koodinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa yang turut hadir dalam peringatan milad itu menyampaikan pesan, momentum Indonesia maju sudah di depan mata. Ia melihatnya dari pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kelas ekonomi baru. Dalam lima hingga 15 tahun ke depan jumlahnya akan semakin bertambah.
Fenomena global saat ini menunjukkan tanda-tanda zaman peradaban yang bergerak wilayah Asia, khususnya Indonesia. Peradaban itu bergeser cepat karena dipengaruhi cepatnya arus informasi dan teknologi. Menurut Hatta, pemerintah yakin dalam 15 tahun ke depan, Indonesia menjadi negara yang cukup memegang peran penting di dunia.
Akan tetapi, kata dia, semua tak menghendaki jika manusia Indonesia hanya maju intelektualnya. “Kita mau generasi mendatang kuat dalam pikir dan zikir atau kemapuan ilmu teknologi dan nilai spiritual,” ujar salah satu lulusan ESQ ini. Dengan demikian, jelas dia, tak perlu mendikotomikan antara kemampuan akal dan spiritual.
Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta generasi muda jangan sampai kehilangan arah dalam mencapai Indonesia maju. Ia berharap, ESQLC dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam pengembangan spiritual memperoleh dukungan besar. Termasuk di dalamnya perguruan tinggi dan pondok pesantren.
Lebih jauh, ia menyarankan agar metode pembangunan spiritual ini dapat pula diterapkan di lembaga pendidikan. Tak hanya Islam, tetapi juga agama lain. Ia beralasan, menuju Indonesia maju bukan hanya tanggung jawab umat Islam. Nasaruddin menambahkan, saat ini harus ditanamkan ke generasi muda uang bukanlah segalanya.
Sering kali terjadi, orang banyak uang tetapi gamang dalam hidup. Mereka tak mendapatkan ketenangan spiritual. Generasi muda Indonesia mestinya terhindar dari kejadian seperti ini. “Kita ingin mereka kaya lahir dan batin. Kebutuhan rohani dan jasmani mereka sama-sama terpenuhi. Inilah gerenasi Indonesia emas itu,” katanya menegaskan. n amri amrullah ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.