REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tersangka kasus dugaan suap pengaturan kuota impor daging sapi, Ahmad Fathanah, menyatakan dia memang calo proyek di kantor Kementerian Pertanian (Kementan). Ia mengaku kerap mendatangi kantor Kementan untuk mendapat sejumlah proyek.
Setiap kali mencari proyek, Fathanah menegaskan, selalu diminta mengikuti prosedur seperti lelang dan membuat surat resmi. ''Semua bilang harus mengikuti lelang, dan saya mendapatkan proyek itu dari lelang,'' kata pria yang dekat dengan mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq itu, Jumat (17/5).
Meski mencari proyek di Kementan, Fathanah mengatakan, dia bukan kader PKS dan tidak berada dalam struktural partai itu. Tapi, kata dia, pernah memberi sumbangan ke PKS dari uang profesinya sebagai calo proyek. "Keuntungannya (dari profesi calo), untuk konsumsi pribadi dan kalau bisa saya sumbangkan ke yang lain, kadang ke PKS," kata Fathanah.
Kemarin, Fathanah menjadi saksi dalam sidang terdakwa dua direktur PT Indoguna Utama, yaitu Juard Effendi dan Arya Abdi, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta. Saksi lainnya pada sidang ini, Luthfi Hasan Ishaaq, Menteri Pertanian Suswono, Maharani Suciyono, dan penyidik KPK Amir Arif.
Fathanah menyatakan, dana ke PKS ini bukan berasal dari uang Rp 1,3 miliar dari PT Indoguna Utama untuk mengurus tambahan kuota impor daging sapi. Ia sempat berniat menyumbang PKS dari uang itu, tapi PKS tidak menggunakannya.
Dari total uang itu, Rp 300 jutanya direncanakan untuk Safari Dakwah PKS pada 10 Januari 2013. Tapi, dana itu tidak pernah dipakai PKS. Fathanah yakin Luthfi Hasan tidak meminta apa pun pada pertemuan dengan Dirut PT Indoguna Utama, Maria Elizabeth Liman.
Luthfi membantah adanya dana dari Fathanah untuk PKS. Kata dia, Fathanah memang kerap berjanji untuk memberi sumbangan, namun tidak ada dana Fathanah yang masuk ke partai. "Tidak pernah sedikit pun," kata Luthfi yang dekat dengan Fathanah karena pernah bersama menimba ilmu di Timur Tengah.
Pada Desember 2012, Luthfi mengajak Fathanah, Elizabeth, dan mantan ketua Asosiasi Perbenihan Indonesia Elda Devianne Adiningrat bertemu di Angus Steak, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Ketika Luthfi berada di Medan untuk Safari Dakwah PKS pada 10 Januari 2013, Fathanah berinisiatif ke sana.
Di kamar Luthfi di Hotel Aryaduta, Medan, berlangsung pertemuan antara Fathanah, Elda, Elizabeth, Suswono, dan anggota Kadin bidang pangan Soewarso. Fathanah mendesak Luthfi menambah kuota impor karena Elizabeth berkomitmen membantu PKS. Namun, soal bantuan untuk PKS, itu masih wacana.
Dalam persidangan ditampilkan transkrip perbincangan telepon antara Fathanah dan Luthfi seusai penerimaan uang Rp 1,3 miliar dari PT Indoguna. Fathanah langsung mengabari Luthfi setelah menerima uang itu. Luthfi mengatakan tidak tahu persis yang dikatakan Fathanah karena sedang seminar.
Jaksa menayangkan percapakan Fathanah dengan Elda melalui blackberry messenger. Fathanah berulang kali menyampaikan terima kasih kepada Elda. Ia kemudian mengatakan, "Iye salam 'hormat putih' buat ibu," tulis Fathanah. Dalam persidangan, Fathanah mengatakan, 'hormat putih' itu maksudnya Fathanah membawa nama PKS.
Dalam kesaksiannya, Suswono mengakui adanya pertemuan di Medan pada 11 Januari 2013. Dia membantah memberi komitmen penambahan kuota impor kepada Maria. Suswono malah memintah Maria mengkaji data ulang data miliknya. Maria sebelumnya menganggap data dari Kementan soal impor daging salah.
Penyidik KPK Amir Arif dalam kesaksiannya menjelaskan, dia mendapat tugas memantau Maria dan Fathanah. Di bandara sebelum bertolak ke Medan, jelasnya, ada Maria, Fathanah, dan Elda. Amir melihat Menkominfo Tifatul Sembiring berada dalam satu pesawat dengan mereka. n irfan fitrat/antara ed: m ikhsan shiddieqy