REPUBLIKA.CO.ID, Hari-hari ini menjadi hari yang sangat menjengkelkan bagi para pengguna internet di Iran. Ya, karena akses internet tiba-tiba saja menjadi sangat sulit. Kalaupun bisa mengakses, lambatnya bukan main. Celakanya, kondisi itu seperti tak hanya akan terjadi dalam beberapa hari ini, tetapi berpekan-pekan hingga berlangsungnya Pemilihan Presiden (Pilpres) Iran, Juni mendatang.
Sejauh ini, pihak pemerintah mengaku tak tahu-menahu soal lambannya koneksi internet di seluruh negeri, yang membuat para pelaku usaha, bank, dan instansi pemerintah maupun swasta kelimpungan. Dengan kata lain, aparat pemerintah membantah melakukan penyensoran, tapi tak menjelaskan mengapa layanan internet menjadi sangat lambat.
Seorang pengawas jaringan di sebuah provider layanan internet terkemuka di Teheran mengatakan, perusahaannya dihujani komplain dari pelanggan terkait koneksi internet yang lambat itu. Meski demikian, pihaknya tak mampu berbuat banyak untuk menanggapi keluhan tersebut.
“Browsing menjadi sangat sulit. Bahkan, sekadar mengecek e-mail pun sulit bukan main,” kata pria yang tak disebut namanya, seperti dikutip kantor berita Prancis, AFP.
Kecepatan untuk mengunduh file bermateri besar juga sangat berkurang. “Lupakan niat mengunduh file, pita lebarnya (bandwith) turun tiap saat,” kata seorang penjual cakram rekam bajakan di Teheran.
Lambatnya akses internet menjadi perhatian serius pers Iran. “Internet sedang koma,” begitu judul sebuah laporan di harian Ghanoon.
“Sepertinya, ini hanya terjadi di Iran, yaitu ketika pemilu datang maka internet otomatis hilang,” tulis harian ini mengutip kicauan seorang pengguna Twitter.
Di negeri para mullah ini, sensor internet memang bukan hal baru. Sejak 2009, ketika terjadi demo besar-besaran di jalanan pascaterpilihnya kembali Mahmud Ahmadinejad sebagai presiden, sensor terhadap jaringan dunia maya bernama internet mulai terjadi. Kala itu, Facebook, Twitter, YouTube, serta berbagai situs obrolan dan sosial lain, termasuk ribuan situs asal negara Barat, menjadi sasaran sensor.
Rupanya, saat itu Pemerintah Iran berang karena aksi-aksi demo yang kerap diwarnai tindakan represif aparat sehingga menjadi berita utama di dunia melalui jaringan internet. Nah, kini menjelang pilpres yang tinggal beberapa pekan lagi, pihak berwenang di Iran tak mau hal seperti itu terulang. Maka, seperti dikatakan sejumlah pengamat, mereka berusaha membendung laju informasi dengan memperlambat akses internet.
Para pengamat boleh-boleh saja menganalisis, namun pemerintah juga mempunyai jawaban yang mementahkan analisis itu. “Banyak paramater yang menjadi penyebab lambat atau cepatnya akses internet. Yang pasti, pilpres mendatang bukan termasuk dalam parameter itu,” kata Deputi Menteri Teknologi Komunikasi dan Informasi Ali Hakim Javadi. n wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.