REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Oposisi Suriah yang terdiri dari banyak faksi masih berupaya menyatukan suara menjelang diselenggarakannya konferensi perdamaian yang diprakarsai Rusia dan Amerika Serikat (AS). Belum ada keputusan, apakah mereka bakal hadir dalam konferensi atau tidak. Di pihak lain, kubu pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad telah mengonfirmasi untuk hadir dalam konferensi. Lantaran belum menemukan kata sepakat, faksi-faksi oposisi Suriah, Ahad (26/5), melanjutkan pertemuan mereka di Istanbul, Turki.
Seorang anggota senior oposisi mengatakan, perbedaan prinsip menjadi penyebab utama belum ditemukannya kesamaan pendapat di antara mereka. Meski demikian, ada kesadaran di kubu oposisi bahwa mereka harus secepatnya menemukan solusi sehingga bisa melenggang dengan tenang menuju arena konferensi yang rencananya dilangsungkan di Jenewa.
Sumber di oposisi itu yakin, kubu oposisi pada akhirnya akan hadir dalam konferensi. Hanya saja, ia ragu, pertemuan tersebut akan menyetujui tuntutan utama mereka, yaitu memaksa Assad turun dari kursi kepresidenan Suriah. Berbeda dengan kubu oposisi yang belum menemukan satu suara, pihak Assad dikabarkan sudah mengonfirmasi kehadiran mereka. Kabar itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich.
Pemerintah Suriah pada prinsipnya telah sepakat untuk menghadiri konferensi perdamaian itu, kata dia, seperti dikutip the Washington Post. Menurutnya, pemerintah Suriah sudah menunjukkan pendekatan yang lebih maju dari sebelumnya. Mengenai tanggal diselenggarakannya konferensi, Lukashevich belum bisa memastikan, meski ada ancar-ancar sekitar bulan Juni.