Senin 03 Jun 2013 08:30 WIB
Konflik Suriah

Qaradawi Serukan Jihad di Suriah

Yusuf al Qaradawi
Foto: telegraph.co.uk
Yusuf al Qaradawi

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA - Ulama Sunni terkenal dan berpengaruh asal Qatar, Syekh Yusuf al-Qaradawi, menyerukan jihad di Suriah untuk melawan kelompok militan beraliran Syiah, Hizbullah. Qaradawi tidak bisa menerima tindakan Hizbullah yang ikut terjun dalam perang saudara di Suriah dengan membantu pasukan pemerintah.“Setiap Muslim harus dilatih untuk bertempur dan memiliki kemampuan yang memungkinkannya terjun untuk mendukung kelompok oposisi Suriah,” ujar Syekh Qaradhawi, seperti dilansir laman Alarabiya, Sabtu (1/6).

“Iran terus mendukung (rezim Assad) dengan mengirimkan persenjataan dan tentara, jadi mengapa kita diam saja?” tanyanya. Syekh Qaradawi juga menyebut kelompok Hizbullah (yang dalam bahasa Arab berarti partai Allah) sebagai partai setan.

Hizbullah yang selama ini merupakan sekutu dekat rezim Iran dan Suriah, secara terang-terangan mengambil bagian dalam perang di Suriah dengan melawan pasukan oposisi. Sebelumnya, Hizbullah juga bertahun-tahun bertempur melawan Israel, seteru Iran, dan Suriah. “Pemimpin partai setan datang memerangi orang-orang Sunni. Sekarang kita tahu apa yang Iran inginkan. Mereka ingin terus membantai kaum Sunni,” kecam Syekh Qaradawi. “Bagaimana mungkin seratus juta Syiah (di seluruh dunia) mengalahkan 1,7 miliar Sunni? Itu karena Sunni lemah,” katanya melanjutkan.

Syekh Qaradawi merasa menyesal karena sebelumnya mendukung pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang meraih popularitas setelah memimpin kelompok militan ini dalam perang melawan Israel pada 2006. Ia juga menegaskan, perang melawan Hizbullah bukan berarti perang melawan kaum Syiah.

Sementara di Qusair, pasukan Pemerintah Suriah dan gerilyawan Hizbullah masih bahu-membahu bertempur melawan pasukan oposisi. Korban pun terus berjatuhan, termasuk warga sipil. Hal ini membuat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) prihatin, terlebih masih ada puluhan ribu warga sipil yang terjebak di tengah suasana peperangan di sana.

Seperti dikatakan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, terdapat sekitar 30 ribu warga sipil yang tinggal di itu. Karena itu, ia menyeru kedua pihak yang bertikai untuk memberi kesempatan kepada warga sipil keluar dari kota itu. “Semua mata melihat ke sana dan mereka bertanggung jawab jika terjadi serangan kepada warga sipil di Qusair,” demikian PBB dalam pernyataan tertulisnya.

Pertempuran sengit di Qusair juga menumbuhkan niat di kalangan anggota Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menelurkan sebuah deklarasi yang mengecam aksi Pemerintah Suriah di kota itu. Namun, seperti dikatakan seorang diplomat PBB kepada kantor berita AP, Rusia berusaha menghalangi rencana pembuatan deklarasi itu.

Rusia menilai, langkah menelurkan deklarasi tersebut sebagai sesuatu yang tidak adil. Rusia mempertanyakan mengapa DK PBB tidak mengeluarkan deklarasi serupa ketika sebelumnya oposisi menduduki Qusair. Tercatat, Rusia telah tiga kali memveto resolusi PBB yang didukung Barat untuk menekan Presiden Bashar al-Assad.

Sementara, di wilayah Lebanon, hujan roket dan mortir kembali terjadi. Sebanyak 18 roket dan mortir ditembakkan dari wilayah Suriah ke wilayah yang menjadi basis utama Hizbullah di Lebanon. Sebagian besar roket itu menghantam tanah kosong. Hanya satu yang menghantam dan menghancurkan sebuah bangunan, namun tak menimbulkan korban.

Seringnya tembakan roket dan mortir ke Lebanon membuat kondisi negara ini tegang. Alhasil, parlemen Lebanon pun menunda pemilu hingga waktu yang tak ditentukan. Seharusnya, Pemilu Lebanon digelar 17 Juni mendatang. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement