REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Dampak ketidakpastian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi kian meluas. Setelah rupiah tertekan sejak pekan lalu, ketidakpastian harga BBM kini makin membuat petani menderita. Ketidakpastian itu memberi tekanan psikologis di pasar berupa kenaikan sejumlah harga. Kebutuhan rutin petani semakin tak terjangkau.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengatakan, rencana kenaikan harga BBM sudah lebih dulu menaikkan harga bahan lain yang tidak dikendalikan pemerintah. Selain itu, kata Entang, tahun ini tidak ada kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP).
Saat ini, HPP untuk gabah Rp 4.200 per kilogram harus naik menjadi Rp 5.000 dan harga beras dari Rp 6.600 menjadi Rp 7.000. Menurut Entang, langkah itu penting agar ada keseimbangan dengan pengorbanan yang dilakukan petani. “Sehingga, kesejahteraan tetap di atas indeks,” kata Entang, kemarin.
Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi tak kunjung keluar karena pemerintah dan DPR masih memerlukan pembahasan terkait kompensasinya. Premium rencananya naik dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 sedangkan solar dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500.
Ketidakpastian rencana ini diperburuk oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang hampir menyentuh level psikologis Rp 10 ribu per dolar AS.
Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, ketidakpastian harga BBM telah mengganggu aktivitas petani dan nelayan. Petani kini sulit membajak sawah karena ketiadaan solar untuk bahan bakar traktor. Selain itu, kelangkaan solar membuat pupuk langka dan kendaraan pengangkut sulit memperoleh solar.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau jatuh pada April, Mei, dan Juni 2013. Secara keseluruhan, selama 2013, petani telah mengalami kemunduran masa tanam selama 1,5 bulan sampai dua bulan.
Khusus untuk nelayan, kelangkaan solar menyebabkan mereka tak melaut. “Nelayan kalau hanya punya lima sampai 10 liter solar, cuma sampai mana dia melaut,” kata Winarno, kemarin.
Sekjen Serikat Nelayan Indonesia (SNI) Budi Laksana mengatakan, meskipun pemerintah belum menaikkan harga BBM, para pemasok solar untuk nelayan telah menaikkan harganya sejak sebulan lalu. Nelayan kecil terpaksa membeli solar di pengepul dengan harga Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per liter.
Mereka tak bisa membeli solar SPBU karena terkendala urusan dokumen yang harus diurus ke kepolisian.DPR dan pemerintah belum sepakat soal bantuan langsung sementara (BLSM) untuk kompensasi kenaikan harga dalam RAPBNP 2013.
Rencananya, BLSM sebesar Rp 11,6 triliun. Bentuk kompensasi lainnya adalah beras bagi warga miskin Rp 21,9 triliun, Program Keluarga Harapan (PKH) Rp 3,6 triliun, beasiswa bagi siswa miskin Rp 12 triliun, dan pembangunan infrastruktur dasar Rp 17,7 triliun.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa meminta kenaikan harga BBM itu tidak lagi diperdebatkan sebab pemerintah bersama DPR saat ini sedang melakukan pembahasan, termasuk soal kompensasi. “Dengan BLSM, masyarakat yang terkena dampak akan bisa diatasi,” kata Hatta, Sabtu (1/6).
Dia mengatakan, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir karena pemerintah berupaya agar daya beli masyarakat tidak anjlok. n meiliani fauziah/muhammad iqbal/c73/antara ed: m ikhsan shiddieqy
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.