Rabu 05 Jun 2013 01:35 WIB
Kebakaran di Cina

Pejabat Rumah Potong Ayam di Cina Ditahan

Ayam potong (ilustrasi)
Foto: Antara
Ayam potong (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JILLIN -- Kepolisian Cina menahan tersangka yang bertanggung jawab atas kasus kebakaran di rumah pemotongan ayam di Provinsi Jillin. Kantor berita Cina, Xinhua, Selasa (4/6), melaporkan, tersangka ditahan untuk proses penyelidikan lebih lanjut. Xinhua tidak menjelaskan lebih detail tentang orang yang dimaksud.

Namun, Channelnewsasia yang mengutip media lokal mengatakan tersangka yang ditahan adalah pejabat senior perusahaan rumah pemotongan ayam. "Perwakilan sah perusahaan telah ditahan dan aset perusahaan juga telah dibekukan," ujar seorang pejabat di Departemen Propaganda Partai Komunis Cina di Changcun, yang tak ingin disebutkan namanya, kepada AFP.

Rumah potong ayam ini diketahui merupakan milik perusahaan Jilin Baoyuanfeng di Mishazi. Jilin Baoyuanfeng memproduksi sekitar 67 ribu ayam potong setiap tahunnya. Perusahaan tersebut mempekerjakan 1.200 orang.

Keluarga korban kebakaran di rumah pemotongan ayam menggelar aksi demonstrasi, Selasa (4/6). Mereka memblokir jalan di Kota Dehui dan menuntut polisi segera mengungkap kasus kebakaran itu serta menyeret pihak-pihak yang bertanggung jawab. Setidaknya 120 orang tewas dalam kebakaran yang terjadi, Senin (3/6).

Zhao Zhenchun yang kehilangan istri dan adik perempuannya dalam kebakaran itu mengatakan faktor kesalahan manusia menjadi penyebab banyaknya jumlah korban tewas. "Saya kira keamanan tidak diatur dengan baik. Kasus ini tidak boleh terulang lagi. Mereka menanggung kesalahan dengan darah mereka. Banyak sekali kasus semacam ini di Cina karena lemahnya pengawasan," jelasnya.

Dalam demonstrasi tersebut, sejumlah pria dan wanita berlutut di tengah jalan Kota Dehui, menghentikan mobil yang hendak melintas. Sedangkan, kerumunan pengunjuk rasa lebih dari 100 orang lainnya mengitari mereka. Bentrokan sempat terjadi ketika polisi ingin membubarkan unjuk rasa satu jam kemudian.

Yang Xiuxa, keluarga korban, duduk di depan kendaraan dan berteriak dengan marah ke arah polisi. “Putri saya bekerja di sana. Mereka sampai sekarang belum memberikan penjelasan. Waktu itu adalah saat bagi putrinya pulang kerja, tapi pintu rumah pemotongan ayam terkunci,” ujarnya.

Faktor keamanan pekerja di negara dengan kue ekonomi terbesar kedua di dunia ini memang memprihatinkan. Pintu-pintu pabrik banyak dikunci rapat untuk mencegah para buruh keluar membolos atau mencuri sesuatu. Seperti kebakaran yang terjadi Senin kemarin, saat para pekerja tak bisa keluar. 

Beragam pelanggaran aturan keamanan pabrik ini dilanggar dengan mudah oleh pengusaha yang menyogok otoritas setempat. Kasus kebakaran ini merupakan yang terburuk dalam 12 tahun terakhir. Kebakaran serupa pernah terjadi pada 25 Desember 2000 lalu di pusat perbelanjaan di Luoyang, Provinsi Henan, yang menewaskan 309 orang. 

Kasus kebakaran ini mendapatkan perhatian langsung dari Presiden Cina Xi Jinping. Xi mengintruksikan agar pihak yang bertanggung jawab atas kebakaran rumah potong ayam di Provinsi Jillin, timur laut Cina, segera ditahan. Dia juga berharap agar penyebab kebakaran yang menewaskan 120 orang itu segara terungkap.  

Xi yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Kosta Rika mengatakan kasus kebakaran ini seharusnya bisa menjadi pembelajaran. Langkah-langkah efektif diperlukan untuk mencegah agar insiden mematikan seperti ini tidak kembali terulang.

"Sekarang yang dibutuhkan adalah langkah penyelamatan untuk meminimalisasi korban," ujarnya, seperti dikutip kantor berita Xinhua. Penyebab kebakaran belum diketahui secara pasti. Dugaan kuat kebakaran disebabkan karena gas amonia yang bocor. Ketika kejadian berlangsung, ada 300 orang yang berada di dalam. Belum diketahui secara pasti berapa korban yang masih hilang. n reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement