REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Majelis taklim kini tak hanya terpaku pada pengajian, tetapi juga telah berhasil mengembangkan aktivitas ekonomi. Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Tutty Alawiyah mengatakan, banyak majelis di daerah yang berhasil menyejahterakan anggota dan masyarakatnya melalui beragam usaha. Ia menyebut, salah satunya di Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurut dia, mereka mengelola tanah cukup luas dan membudidayakan tanaman singkong. Saat musim panen, mereka tak hanya memanennya. Lebih jauh para anggota majelis taklim tersebut mengolahnya menjadi produk bernilai tambah, yaitu keripik. “Kami membuat pabrik kecil di sana untuk kepentingan tersebut,” kata Tutty, Senin (10/6).
Dengan produk ini, anggota memperoleh penghasilan dan bisa memberi dampak ekonomis bagi masyarakat sekitarnya. Tutty menuturkan, kesuksesan program ekonomi juga banyak dilaporkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II pada 6 Juni 2013. Dia mengungkapkan, anggota majelis taklim di sejumlah daerah mengoperasikan koperasi.
Ada beberapa bentuk koperasi, baik penjualan maupun simpan pinjam. Koperasi ini, ujar Tutty, memberikan keuntungan bagi para anggotanya. Dengan demikian, koperasi itu dapat meningkatkan kondisi ekonomi anggotanya. Selain itu, kata Tutty, pihaknya telah berhasil melakukan bedah rumah sebanyak 1.094 unit.
Rumah-rumah tersebut tersebar, di antaranya berada di Bekasi dan Bogor. Menurut dia, bedah rumah dilakukan atas kerja sama dengan Kementerian Perumahan Rakyat. “Kami memperbaiki rumah jamaah majelis taklim yang tak layak,” kata Tutty. Kini mereka bisa menempati rumah yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Dia menuturkan, pihaknya memperjuangkan nasib jamaah-jamaah yang membutuhkan pertolongan. Di sisi lain, mereka kerap hadir di pengajian. Dengan demikian, Tutty menjelaskan, pembinaan rohani mereka dan bantuan tersebut berjalan beriringan. Tutty juga menekankan kepada anggotanya untuk membina ketahanan keluarga.
Anggota BKMT adalah ibu-ibu yang selalu bisa menjadi contoh dan bisa melindungi keluarganya. “Didik anak dan keluarga agar menjunjung agama dan memiliki akhlak yang baik,” ujarnya. Jangan sampai generasi Indonesia banyak bersentuhan dengan kriminalitas, narkoba, geng motor, dan kegiatan yang tidak positif lainnya.
Dia pun memaparkan anggota BKMT merupakan aset bangsa yang perlu dikembangkan.
“Mereka ada di tengah masyarakat dan melakukan kegiatan untuk masyarakat juga,” kata Tutty. Menurutnya, anggota majelis taklim banyak menyimpan potensi yang dapat dikerahkan untuk membangun bangsa. Ini bisa bermula dari hal-hal kecil, yaitu mendidik keluarganya.
Kini organisasi yang Tutty pimpin beranggotakan lebih dari 15 juta orang yang tersebar di 440 kabupaten dan 31 provinsi. Menurut dia, jumlah ini sangat menggiurkan dalam politik. Karena itu, dia merestui anggotanya yang berkeinginan maju menjadi wakil rakyat atau pemimpin daerah. Tentu saja, kata dia, kalau orangnya memang mampu.
Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Achmad Satori Ismail mengatakan, BKMT merupakan sarana dakwah potensial. Menurut dia, organisasinya juga mempunyai jaringan sendiri, seperti majelis taklim yang dikelola BKMT. “Kebanyakan berada di masjid-masjid,’’katanya. Meski demikian, dia mengakui belum menggandeng BKMT untuk memperluas jangkauan dakwah.
Namun, secara pribadi anggota Ikadi sering menjadi narasumber dalam acara-acara BKMT. Kerja sama semacam ini terjalin karena tiap-tiap pihak mempunyai tujuan sama, ingin mengembangkan dakwah. Satori mengatakan, di masa mendatang Ikadi memperbanyak dakwah terstruktur. “Prioritas kami membentuk kurikulum,” ujarnya.
Materi yang disajikan dalam setiap dakwah, menurutnya, perlu diatur agar semua materi Islam tersampaikan dengan baik. Dengan demikian, kata Satori, tak terjadi pengulangan dan masyarakat merasa selalu memperoleh ilmu baru. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.