REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Idrus Alwi memaparkan, secara umum puasa akan membawa kebaikan, termasuk bagi penderita penyakit kronis. Penderita penyakit kronis dapat menjalankan puasa secara total, tapi membutuhkan persiapan khusus.
“Bagi yang punya masalah kesehatan dan rentan sakit, persiapan yang perlu dilakukan adalah mencari informasi yang tepat dan bagaimana menangani penyakitnya. Apakah diperbolehkan menjalankan puasa atau tidak,” kata Idrus kepada Republika, Selasa (11/6).
Menurut ahli endokrinologi metabolik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Wismandari, kondisi tubuh para penderita penyakit kronis sering berubah-ubah. “Oleh sebab itu, butuh konseling dan pengkajian pra-Ramadhan agar mereka mampu berpuasa,” ujarnya. “Konseling ini perlu dilakukan dua atau empat bulan sebelum berpuasa.”
Harus diingat, kata Wismandari, ketika berpuasa berarti kurang lebih 14 jam perut kita tidak diisi oleh asupan makanan apa pun. Untuk itu, lebih baik memilih makanan yang tepat, yakni sehat dan sesuai kebutuhan tubuh. “Segerakan berbuka dan lambatkan sahur, dekatkan dengan imsak,” sarannya.
Makanan yang terdiri atas karbohidrat kompleks juga diperlukan karena membutuhkan pembakaran yang lama, sekitar delapan jam. Jika pembakaran lebih lama, akan membuat kenyang lebih lama. Sementara, pembakaran makanan manis dari gula lebih cepat, sehingga membuat cepat lapar.
Wismandari juga menyarankan untuk memperbanyak makanan yang mengandung serat dan mengurangi lemak. Lemak yang terlalu banyak, apalagi dimakan pertama pada kondisi perut kosong, bisa membuat enek dan lambung bermasalah.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan, menurut dokter spesialis dalam Divisi Geriatri FKUI Edy Rizal Wahyudi, adalah asupan air. “Minum harus minimal delapan gelas,” katanya. “Sebab, dehidrasi bisa membahayakan jika terjadi saat kita menjalankan puasa.”
Pola makan orang berpuasa, jelas Edy, akan berbeda dari pola makan sehari-harinya. Akan terjadi restriksi atau pengurangan kalori sebesar 12 - 15 persen. Menurutnya, puasa malah lebih bagus untuk kesehatan tubuh, termasuk bagi orang berusia lanjut. Fungsi ginjal bisa membaik pada hari ke-28 Ramadhan dan hari ke-14 setelah Ramadhan. Tapi, asupan cairan mereka harus mencukupi.
Puasa juga menyehatkan, terutama dilihat dari profil lemak dalam tubuhnya. Kadar kolesterol dan trigliserida bisa menurun. Kadar radikal bebas pun bisa menurun pada hari ketujuh dan ke-17 selama puasa.
Kemudian, agar tubuh juga tetap bugar ketika berpuasa, olahraga juga perlu dilakukan, meski olahraga yang dijalankan tidak boleh terlalu berat. “Paling tidak, olahraga bisa dijalankan saat malam, shalat tarawih 23 atau 11 rakaat juga termasuk menggerakkan badan yang efektif,” kata Edy. n ed: chairul akhmad
Puasa Bisa Sembuhkan Mag
Berpuasa berarti sistem pencernaan tidak menerima asupan makanan dan minuman selama kurang lebih 14 jam. Selama berpuasa, terjadi perubahan metabolisme akibat pembatasan makanan dan minuman.
Menurut Ahli Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Ari Fahrial Syam, puasa justru akan menyehatkan lambung dan menyembuhkan bagi yang menderita sakit mag. Pengaturan makan yang baik selama berpuasa akan memperbaiki dan menyembuhkan penyakit mag.
Bagi penderita sakit mag atau dispepsia, yaitu rasa tidak nyaman di ulu hati, biasanya takut penyakitnya akan kumat gara-gara puasa. “Sakit mag bisa terjadi karena makan yang tidak teratur, banyak makan camilan berlemak, minum kopi dan soda sepanjang hari, merokok, dan stres,” kata Ari.
Menurut dia, puasa justru akan menyehatkan bagi penderita mag. Karena, ketika berpuasa makan menjadi teratur, makanan camilan berlemak berkurang, rokok, kopi, dan minuman soda juga berkurang, serta bisa mengendalikan diri. “Setelah puasa, mag bisa menjadi sembuh, atau paling tidak keluhannya berkurang,” ujarnya.
Ketika sahur dan berbuka puasa, Ari menambahkan, hindari makanan yang banyak mengandung gas dan soda. Hindari pula makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung. Misalnya, kopi, sari buah yang asam, dan susu full cream.
Ada lagi kategori makanan lain yang perlu dihindari, baik untuk penderita mag maupun orang sehat agar tak terkena gangguan mag. Misalnya, makanan yang sulit dicerna, seperti keju dan cokelat karena dapat memperlambat pengosongan lambung.
Selain itu, juga perlu menghindari makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah, yaitu makanan tinggi lemak, seperti gorengan dan cokelat. Beberapa sumber karbohidrat juga hendaknya dihindari, seperti beras ketan, mi, bihun, bulgur, jagung, ubi, singkong, dan talas. “Nasi merah adalah yang paling bagus dikonsumsi saat puasa atau paling tidak nasi putih,” kata Ari. n rosita budi suryaningsih ed: chairul akhmad
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.