REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- PT PLN (Persero) meluncurkan obligasi dan sukuk ijarah berkelanjutan senilai Rp 12 triliun. Perinciannya, Rp 10 triliun untuk penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi konvensional dan Rp 2 triliun untuk sukuk ijarah.
Managing Director PT Mandiri Sekuritas Iman Rachman mengatakan, PLN menawarkan kupon dua seri Obligasi Berkelanjutan I Tahap 1 Tahun 2013 di kisaran 7,25 persen sampai 8,45 persen dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap 1 Tahun 2013 dengan tingkat cicilan hingga Rp 82,5 juta per Rp1 miliar per tahun.
Untuk obligasi konvensional tahap I, kata Iman, diterbitkan sebesar Rp 2,5 triliun dalam dua seri. Seri A jangka waktu tujuh tahun dengan kisaran kupon 7,25 persen sampai 8,25 persen dan seri B jangka waktu 10 tahun dengan kisaran kupon 7,45 persen sampai 8,45 persen.
“Sedangkan sukuk ijarah tahap I sebesar Rp 500 miliar jangka waktu 7 tahun dengan kisaran cicilan Rp 7,25 juta sampai Rp 82,5 juta untuk pembelian Rp 1 miliar per tahun,” kata Iman di Jakarta, Senin (17/6).
Iman melanjutkan, obligasi dan sukuk ijarah berkelanjutan ini telah mendapat peringkat masing-masing IdAAA (Triple A) dan IdAAA(sy) (Triple A Syariah) dari Pefindo. Masa penawaran awal (bookbuilding) dimulai sejak 17 Juni sampai 21 Juni 2013 dilanjutkan dengan penentuan kupon dan cicilan imbalan ijarah 24 Juni 2013. Penawaran umum ditargetkan pada 1 Juli sampai 2 Juli 2013 dan diakhiri dengan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Juli 2013.
Direktur Utama PT PLN Nur Pamudji mengatakan, perseroan telah melakukan roadshow ke sejumlah negara dan ada masukan dari investor yang menyatakan minat untuk bersedia membeli obligasi rupiah PLN.
“Kita optimistis, tetapi apabila kelebihan permintaan, kita akan lihat lagi dari sisi subsidi dan pembayaran bunganya,” ujarnya.
Sampai saat ini, PLN telah menerbitkan obligasi konvensional rupiah sebanyak 12 kali dan obligasi syariah lima kali senilai total Rp 18,78 triliun serta global bonds enam kali senilai total 6 miliar dolar AS.
Nur Pamudji menjelaskan, penerbitan obligasi rupiah kali ini untuk membiayai kegiatan investasi fasilitas kelistrikan berupa jaringan transmisi dan distribusi PT PLN di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Papua. “Karena transmisi dan distribusi kita adalah mayoritas local content sehingga pendanaan dalam rupiah (obligasi).”
Namun, kata Nur Pamudji, hingga kini PLN masih menghitung untuk kembali mencari pendanaan dalam bentuk dolar. PLN tidak mau terjadi negatif care akibat selisih yang tinggi antara bunga yang harus dibayar dan dana yang terserap proyek. “Dan, itu juga harus ada persetujuan dari PKLN yang akan memeriksa pengajuan proyek yang pendanaan dalam dolar,” jelas Nur Pamudji.
Mengenai penjualan, Direktur Operasional Jawa-Bali PT PLN I Gusti Agung Ngurah Adnyana mengatakan, penjualan pada sepanjang semester pertama tahun ini tumbuh positif hampir mendekati catatan penjualan listrik pada akhir 2012 yang tumbuh 10,3 persen.
“Tiga bulan terakhir ini penjualan kita tumbuh 10 persen. Maret 9,5 persen, April 10,5 persen, Mei hampir 10 persen,” kata Agung. Dia menambahkan, kawasan Indonesia timur juga mencatat pertumbuhan penjualan hingga 25 persen. n aldian wahyu ramadhan ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.