REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA — Piala Konfederasi tak selamanya berjalan semeriah seperti yang tersaji di lapangan hijau. Laporan dari luar lapangan, justru situasi makin mencekam terjadi di beberapa kota di Brasil tempat penyelenggaraan pertandingan. Aksi demonstrasi semakin meluas menentang Pemerintah Brasil yang dianggap gagal memperhatikan kondisi ekonomi rakyatnya.
Sebelumnya, terjadi unjuk rasa yang melibatkan 2.000 demonstran pada upacara pembukaan di Stadion Brasilia, awal pekan lalu. Demonstrasi pun kini makin meluas. Senin (17/6) malam waktu setempat atau Selasa (18/6) pagi WIB, Reuters melaporkan, tercatat lebih dari 100 ribu orang melakukan aksi unjuk rasa di enam kota di Brasil.
Aksi unjuk rasa terbesar dilaporkan tersebar di Sao Paolo, Rio de Janeiro, Belo Horizonte, dan Brasilia. Tercatat telah jatuh lebih dari 100 korban luka dari aksi yang berujung baku hantam antara demonstran dan pihak keamanan itu.
Lima belas di antara korban luka diketahui berprofesi sebagai jurnalis. “Kami tidak ingin Piala Konfederasi dan Piala Dunia. Kami ingin pendidikan, rumah sakit, kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak kita,” kata salah satu demonstran di Sao Paolo kepada Reuters, Selasa (18/6).
Kerusuhan besar yang paling menjadi perhatian juga terjadi di Rio de Janeiro. Polisi Brasil terpaksa menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan sekitar 3.000 orang di luar Stadion Maracana. Beberapa laporan media setempat juga menyebut, puluhan kendaraan dan fasilitas umum dibakar massa yang tak terkendali.
Piala Konfederasi memang bukan menjadi alasan ramainya arus protes dari masyarakat. Sebelumnya, krisis pemerintah juga terjadi menyusul kelesuan ekonomi, biaya pendidikan dan transportasi yang mahal, hingga tingginya tingkat kriminalitas di Brasil.
Momentum Piala Konfederasi menjadi alasan kuat demonstran meluapkan semua protesnya. Dilaporkan sebelumnya, aksi protes ini menyusul langkah Pemerintah Brasil yang telah mengeluarkan dana mencapai 11 miliar euro (Rp 146 triliun) untuk penyelenggaraan Piala Konfederasi hingga Piala Dunia 2014.
Menurut para demonstran, ini merupakan langkah ironis yang telah dilakukan pemerintah. Apalagi, sebagian masyarakat kalangan bawah menilai pemerintah melakukan langkah yang tidak perlu saat menggelontorkan biaya sekitar 600 juta dolar AS (Rp 6 triliun) untuk membangun Stadion Brasilia. n angga indrawan ed: andri saubani
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.