REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum jelasnya waktu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi membuat masyarakat membeli dengan panik dan menimbulkan penimbunan BBM. Tapi, pertamina dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) memastikan stok BBM cukup.
Anggota Komisi VII DPR RI Rofi Munawar berpendapat, penimbunan dan lonjakan pembelian BBM subsidi karena ketaksiapan pemerintah mengawal kondisi ini, “Mitigasi risiko pemerintah dalam mengantisipasi rencana kenaikan harga BBM tidak maksimal,” katanya, Kamis (20/6). Menjelang kenaikan, kata dia, penimbunan BBM banyak terjadi.
Permintaan di banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) pun naik menjulang. Kondisi yang tidak menentu akan menyebabkan maraknya penyelewengan, konsumen membeli panik, dan efek buruk lainnya akan semakin luas. Oleh karena itu, pemerintah harus bertindak dengan cepat untuk menghindari kelangkaan BBM di berbagai daerah.
Ketua Hiswana Migas Eri Purnomo Hadi mengatakan, stok di SPBU tak akan mengalami kekurangan. “Stok lebih dari waktu normal,” katanya, kamis (20/6). Menurut Eri, terjadi kenaikan stok lebih dari biasanya. Jika biasanya order pemesanan hanya sekitar 32 kiloliter (kl), kini jumlahnya 48 kl.
Peningkatan stok ini, kata dia, untuk mengantisipasi libur sekolah, puasa, dan Lebaran. Pada hari-hari itu, biasa terjadi peningkatan yang signifikan. Lonjakan permintaan BBM subsidi, ujar Eri, tak akan terlalu meningkat drastis. Tapi, pihaknya sudah mempersiapkan peningkatan permintaan apabila terjadi.
Pertamina pun memastikan ketahanan stok BBM aman untuk menghadapi rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, saat ini ketahanan stok BBM yang dikelola oleh Pertamina mencapai sekitar 22 hari untuk Premium dan sekitar 20 hari untuk solar.
Pertamina, tuturnya, telah mempersiapkan ketersediaan BBM yang cukup untuk mengakomodasi kemungkinan lonjakan konsumsi menjelang pengumuman resmi harga BBM. Hal itu tercermin dari peningkatan konsumsi harian BBM bersubsidi yang terjadi dalam tiga hingga empat hari terakhir ini.
Konsumsi Premium naik 12,5 persen dari 80 ribu kl menjadi 90 ribu kl per hari. Sedangkan, solar naik 11,6 persen dari 43 ribu kl menjadi 48 ribu kl per hari. Sementara, itu, realisasi penyaluran Premium rata-rata mencapai sekitar 88 ribu kl dan solar sekitar 48 ribu kl. Realisasi tersebut, menurutnya, sesuai prediksi.
Selain stok yang dalam posisi aman, Pertamina telah menetapkan peningkatan thruput harian di atas 10 persen dari rata-rata thruput harian normal. Selain itu, Pertamina juga mengeluarkan kebijakan agar terminal BBM dan SPBU beroperasi lebih lama dibandingkan dengan hari biasa, bahkan jika perlu sampai 24 jam untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
Ali mengharapkan, masyarakat tidak melakukan pembelian BBM bersubsidi secara berlebihan. Pertamina juga mewaspadai adanya gangguan dan hambatan pada jalur distribusi BBM bersubsidi yang dapat merugikan masyarakat.
Untuk itu, Pertamina telah membentuk Posko Satgas BBM dan LPG di Kantor Pusat dan seluruh Kantor Region Pertamina mulai 17 Mei hingga 30 Juni 2013 untuk memantau dan memastikan kehandalan pasokan BBM dan LPG. Untuk memastikan keamanan dan kelancaran masyarakat dalam mendapatkan BBM bersubsidi, Pertamina juga berkoordinasi dengan Kepolisian RI dan TNI untuk pengamanan SPBU dan objek vital lainnya.
Dengan disepakatinya asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (17/6), pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Rencananya, BBM jenis Premium akan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500. Sedangkan, BBM jenis solar naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500. Tapi, hingga saat ini keputusan resmi dari pemerintah mengenai kenaikan harga ini belum ada. n aldian wahyu ramadhan ed: fitria andayani
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.