Selasa 25 Jun 2013 02:10 WIB
Intelijen AS

Edward Snowden Mencari Suaka di Ekuador

Website pendukung Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia tentang program pengawasan AS, yang ditampilkan pada layar komputer di Hong Kong, Kamis (13/6).
Foto: AP/Kin Cheung
Website pendukung Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia tentang program pengawasan AS, yang ditampilkan pada layar komputer di Hong Kong, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  QUITO - Pembocor dokumen intelijen AS Edward Snowden akhirnya mengajukan perlindungan politik (suaka) kepada pemerintah Ekuador. Negara di Amerika Latin ini diharapkan bisa memberikan jaminan seperti yang dilakukannya kepada pendiri WikiLeaks Julian Assange.

Menteri Luar Negeri Ekuador Ricardo Patino mengatakan dalam kunjungannya di Vietnam, Senin (24/6), pemerintahnya telah menerima permohonan dari Snowden tersebut. Namun, hingga kini belum ada keputusan yang dibuat. “Saya dapat mengonfirmasi permintaan pencariaan suaka dari Snowden. Kami akan membuat keputusan tentang ini setelah menganalisisnya dengan penuh rasa tanggung jawab,” ujar Patino.

Menurut Patino, Ekuador mempunyai prinsip tidak egois. Pemerintah bertindak dengan melihat kepentingan warga dunia. Apalagi, jika permintaan itu terkait dengan kebebasan berekspresi serta keamanan seseorang. Pernyataan Patino memungkinkan permintaan perlindungan Snowden terpenuhi.

Kebijakan Ekuador akan menjadikan negara ini sebagai negara paling aman bagi para pembobol dokumen rahasia negara-negara adidaya. Tahun lalu, Ekuador juga memberikan perlindungan penuh terhadap pendiri WikiLeaks Julian Assange. Assange hingga kini masih berada di Kantor Kedutaan Besar Ekuador di London. Pria Australia itu diburu Inggris dan Swedia serta AS lantaran kasus serupa. Langkah Snowden meminta perlindungan dari Ekuador juga atas saran Assange.

Sedangkan, perburuan terhadap Snowden masih dilakukan Pemerintah AS. Paman Sam kembali mengultimatum negara yang disinggahi Snowden. Gedung Putih dalam pernyataan terbarunya mendesak Moskow, Rusia, menangkap Snowden dan memulangkannya ke AS. ''Pemerintah Rusia harus melihat semua pilihan yang tersedia untuk mengirim buronan (Snowden) dikembalikan (ke AS),'' tulis Gedung Putih, Senin (24/6).

Snowden yang membocorkan dokumen intelijen Badan Keamanan Nasional AS dipercaya masih berada di area transit Bandara Sheremetyevo di Moskow, mengingat dia tak memiliki visa Rusia. Mantan karyawan Badan Intelijen AS (CIA) tersebut sepertinya baru akan terbang ke Ekuador dengan melewati Kuba setelah keinginan suakanya disetujui.

Snowden membocorkan dokumen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang berisi tentang program pengumpulan jutaan data telekomunikasi warga serta penyadapan internet, termasuk jaringan media sosial seperti Facebook. AS mengklaim langkah tersebut dilakukan untuk mencegah aksi terorisme.

Pria 30 tahun membocorkan dokumen-dokumen tersebut kepada Guardian dan Washington Post. Snowden pergi ke Hong Kong untuk menghindari jeratan hukum. Pengadilan Federal Negara Bagian Virginia menetapkannya sebagai buron sejak Mei. Washington mendakwa Snowden dengan menggunakan Undang-Undang tentang Spionase. AS mendesak Hong Kong dan Beijing agar mengekstradisi Snowden. AS telah berkomunikasi dengan Hong Kong sejak 10 Juni. Namun, Hong Kong menolak menahan Snowden karena alasan Washington tidak cukup kuat. 

Washington marah dan mengkritik Hong Kong karena dianggap tidak punya komitmen kerja sama. Padahal, kedua negara punya perjanjian ekstradisi yang disepakati 1998 silam, meskipun perjanjian tersebut tidak berlaku untuk urusan politik.

Snowden pun memilih hengkang dari Hong Kong dan terbang ke Rusia, Ahad (23/6). Snowden terbang dari Bandara Chep Lap Kok di Hong Kong menuju Moskow dengan Maskapai Aeroflot SU-213. Dari Moskow, Snowden akan melanjutkan perjalanannya ke Havana, Kuba, pada Senin (24/6) untuk seterusnya menuju Ekuador.

Reuters melansir, setibanya di Moskow, Snowden tidak keluar dari bandara. Diplomat senior Ekuador di Rusia, Patricio Alberto Chavez Zavala, dikabarkan berbicara dengan Snowden. Namun, dia menolak berkomentar setelah keluar dari bandara.

Perwakilan Wikilieaks, Sarah Harisson, ikut mendampingi Snowden. Sarah merupakan pengacara Inggris yang membela Assange. Para pembela Assange inilah yang dikabarkan memberikan nasehat kepada Snowden tentang jalur yang aman menuju Ekuador.  n bambang noroyono/ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement