REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Kementerian Luar Negeri Rusia menolak permintaan AS untuk mengesktradisi Edward Snowden. Dalam pernyataannya, Selasa (26/4), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, pembocor dokumen intelijen AS tersebut belum melintasi wilayah perbatasan negaranya.
Sehingga, Rusia tidak memiliki urusan dengan pelarian atau status hukum Snowden di mata AS. Lavrov justru menyayangkan langkah Washington yang justru menyalahkan Rusia. Sikap itu, kata dia, tak berdasar dan tidak dapat diterima.
Jawaban Lavrov tersebut memungkinkan Snowden masih berada di area transit Bandara Sheremetyevo, Moskow. Wilayah transit merupakan kawasan netral dan tidak masuk dalam kedaulatan Rusia.
Sumber di bandara Moskow mengonfirmasi kedatangan Snowden di Rusia, Ahad (25/6). Dia tiba bersama Sarah Harrison, seorang peneliti hukum Inggris yang bekerja dengan kelompok Wikileaks.
“Mereka datang bersama pada 23 Juni, sekitar pukul 17.00,” ujarnya. Dia memiliki tiket ke Havana, Kuba, Senin (24/6), tetapi tak menggunakannya. Ditengarai Snowden masih menunggu konfirmasi persetujuan suaka dari pihak Ekuador.
Snowden hengkang dari Hong Kong pada Ahad (23/6) menuju Moskow. Dia diperkirakan masih berada di Rusia, Selasa (25/6). Dia juga tidak tampak dalam penerbangan ke Kuba, Senin (24/6). Rencananya, Snowden akan ke Ekuador setelah terlebih dahulu transit di Kuba, negara yang selama ini anti-Paman Sam. Kasus Edward Snowden menjadi batu ujian hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Rusia dan Cina.
Padahal, Presiden AS Barack Obama baru saja bertemu kedua pemimpin negara tersebut. Obama bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela konferensi negara-negara G8 dan berdialog dengan Presiden Cina Xi Jinping di Kalifornia, AS, awal bulan ini.
AS menuduh keberhasilan Snowden keluar dari Hong Kong tak terlepas dari bantuan Beijing. Cina maupun wilayah semiotonomnya Hong Kong menolak permintaan Washington untuk mengekstradisi Snowden. AS juga menuding keberadaan Snowden di Moskow mendapatkan bantuan dari otoritas di Rusia.
Seorang petinggi di Ekuador mengatakan kepada AP, Rusia dan Ekuador sedang mendiskusikan ke mana seharusnya Snowden dapat pergi. Proses itu membutuhkan waktu berhari-hari.
Snowden telah mengajukan suaka kepada pemerintahan Ekuador. Pengajuan suaka tersebut hingga kini masih diproses. Presiden Raffael Corea sepertinya akan menerima permintaan Snowden tersebut. Karena, ini akan meningkatkan citranya di dalam negeri sebagai pembela hak asasi manusia. Namun, Corea juga akan berpikir tentang dampak pemberian suaka itu terhadap ekspor komoditas ke AS senilai 400 juta dolar AS.
Menteri Luar Negeri Ekuador Ricardo Patino, Selasa (25/6), mengaku tidak mengetahui secara pasti di mana Snowden serta dokumen apa saja yang dibawa. Patino juga mengatakan, Pemerintah AS telah mengontak Kementerian Luar Negeri Ekuador. AS telah membatalkan paspor Snowden dan memintanya untuk balik ke AS menghadapi dakwaan spionase yang ditujukan kepadanya.
Pendiri Wikileaks Julian Assange yang mendapatkan suaka dari Ekuador mengatakan, Snowden dalam keadaan sehat dan berada di tempat yang aman. Assange merupakan orang yang memberi saran kepada Snowden untuk mencari suaka di Ekuador.
Snowden membocorkan dokumen intelijen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) tentang pengumpulan jutaan data telekomunikasi serta aksi penyadapan di jaringan internet, termasuk media social, seperti Facebook. Presiden Obama menyatakan dengan tegas akan mengejar dan menyeret Snowden kembali ke AS. “Semua jalur yang tepat akan kami lakukan,” kata dia saat melakukan konfrensi pers di Gedung Putih, Senin.
Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, pernyataan Obama tidak main-main. Penggunaan jalur resmi adalah prioritas utama pemulangan buronan AS itu. Carney menerangkan, AS sudah melayangkan kekecewaan atas penolakan Cina dan Otoritas Hong Kong untuk mengekstradisi Snowden. “Kami tidak menemukan alasan mengapa Cina dan Hong Kong membiarkan dia (Snowden) pergi,” ujar Carney.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry meminta Rusia untuk mau bekerja sama. Pemerintah AS juga mengingatkan Ekuador agar tidak menerima suaka mantan karyawan Badan Intelijen AS (CIA) tersebut. Cina menilai tuduhan AS tak beralasan. Menurut mereka, keputusan untuk melepas Snowden ada di tangan Hong Kong yang memiliki kewenangan hukumnya sendiri. n bambang noroyono/ap/reuters ed: teguh firmansyah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.