REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Negeri makmur yang kaya minyak, Qatar, akan memiliki pemimpin baru. Kepastian mengenai hal itu muncul setelah Emir Qatar, Shekh Hamad bin Khalifa al-Thani, menyerahkan kekuasaan kepada putra keduanya, Shekh Tamim bin Hamad al-Thani, yang baru berusia 33 tahun.
“Kini, sudah saatnya bagi generasi baru untuk mengambil alih (kekuasaan),” kata Syekh Hamad dalam pidato kenegaraan yang disiarkan televisi, Senin (24/6). Sebelum mengumumkan hal ini, Syekh Khalifa yang kini berusia 61 tahun memberitahu para penasihat dan keluarga besarnya yang telah memimpin Qatar secara turun-temurun selama 160 tahun.
Bagi rakyat Qatar, peralihan kekuasaan ini tidaklah mengejutkan. Sebab, sejak 2003 Syekh Tamim telah dipersiapkan oleh sang ayah untuk menjadi Emir. Apalagi, sang kakak sudah menyingkir dari bursa pencalonan.
Syekh Tamim adalah anak kedua Syekh Khalifa dengan istri keduanya, Syekha Mozah binti Nasser. Saat ini, Syekh Tamim menjabat sebagai wakil komandan angkatan bersenjata Qatar dan kepala komite Olimpiade 2022. Seperti sang ayah, Syekh Tamim juga lulusan akademi militer bergengsi, Sandhurst. Dalam pidato kenegaraannya, Syekh Khalifa juga menyatakan, Allah SWT tahu bahwa ia tak menginginkan kekuasaan bagi dirinya sendiri. Ia pun tak ingin mencari kekuasaan untuk alasan pribadi.
Namun, seperti dilaporkan Alarabiya, Selasa (25/6), Syekh Khalifa tak menyebut apakah Perdana Menteri Syekh Hamad bin Jassim al-Thani juga akan mundur. Sebab, saat ini banyak kalangan di Qatar yang menginginkan Syekh Jassim mundur dari jabatannya.
Syekh Khalifa tampil sebagai orang nomor satu di Qatar pada 1995 setelah merebut kekuasaan dari ayahnya melalui kudeta tak berdarah. Saat itu, ia mendapat dukungan dari angkatan bersenjata dan kabinet, serta negara-negara tetangga. Di bawah kepemimpinan Syekh Khalifa, Qatar menjadi negara modern berkat kekayaan minyak dan gasnya yang melimpah. Ia juga mengubah Qatar menjadi salah satu pemain penting dalam percaturan politik regional Arab dan internasional.
Meski pemimpin berganti, Qatar di bawah kepemimpinan Syekh Tamimi diyakini tak akan mengalami banyak perubahan kebijakan. Sebab, selama ini Syekh Tamim diketahui amat dekat dengan ayahnya dan Perdana Menteri Syekh Jassim. “Tidak akan ada perubahan besar dalam kebijakan, baik domestik maupun luar negeri,” ujar Redaktur Pelaksana Koran al-Arab Abdullah al-Athbah, seperti dikutip Aljazirah, Selasa (25/6).
Meski demikian, ada hal penting yang patut dicatat dari suksesi kepemimpinan ini, yakni peralihan kekuasaan kepada sosok yang usianya terbilang muda. Di negara-negara Arab kawasan Teluk, suksesi kepemimpinan biasanya terjadi dalam kurun waktu sangat lama. Terkadang, sang raja berusia hingga 90 tahun baru kemudian diganti. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.