REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menginstruksikan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk merealisasikan impor daging secepatnya. Kemendag menginginkan daging sudah tiba di Indonesia pekan depan. “Kami berharap Bulog segera melakukan pertemuan dengan pengusaha di Australia,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Bachrul Chairi di Jakarta, Kamis (27/6).
Bachrul menegaskan, dalam waktu dekat, Kemendag akan mengirimkan delegasi ke Selandia Baru dan Australia untuk mendatangkan daging guna keperluan operasi pasar. Jumlah sapi yang dipesan Bulog mencapai 15 ribu ekor, termasuk sapi bakalan. Sementara menunggu realisasi impor daging, Kemendag masih mencari alternatif lain guna menurunkan harga daging saat ini.
Kemarin, Kemendag juga mengundang para importir sapi bakalan dan importir daging untuk melakukan akselerasi guna memasok kebutuhan daging nasional. Apabila pasokan tercukupi, diharapkan harga daging bisa menjadi lebih terjangkau. Harga daging yang ditargetkan, yaitu Rp 75 ribu per kilogram (kg). “Kami berharap harga turun lebih jauh,” ujarnya.
Menurut Bachrul, pengusaha menjadi pihak pertama dalam pelaksanaan operasi pasar. Dengan akselerasi tersebut, diharapkan pasokan sapi mencapai 127 ribu ekor, kemudian pada Juli nanti diharapkan datang seribu ton daging tambahan yang diimpor oleh Bulog.
Pemerintah, kata Bachrul, sudah resmi memberikan kuota impor daging sapi beku sebesar 3.000 ton untuk operasi pasar kepada Perum Bulog. Bulog harus segera mendatangkan seribu ton daging beku sebelum Lebaran atau hingga akhir Juli 2013. Peran baru Bulog sebagai stabilisator harga daging akan berlaku hingga akhir 2013. “Bulog minggu ini sudah belanja daging ke Australia dan Selandia Baru. Izin sudah keluar mulai minggu kemarin hingga akhir Desember,” tegas Bachrul.
Sampai saat ini, harga daging di pasar masih bertahan Rp 95 ribu per kg. Pemerintah mengaku punya cara untuk menekan harga daging tersebut hingga menyentuh Rp 80 ribu/kg atau lebih rendah. Selain mengandalkan impor Bulog, upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah meminta para pengusaha/importir daging mempercepat pasokan daging ke pasar dari stok yang ada. Kini, ada 127 ribu ekor sapi yang dikuasai perusahaan penggemukan (feedloter). “Nah, itu saja kita minta diakselerasi,” kata Bachrul.
Adapun cara lain menekan harga daging adalah membebaskan kuota khusus untuk prime cut (daging premium) yang biasanya digunakan sektor horeka (hotel, restoran, dan katering). Bachrul optimistis dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, harga daging bisa ditekan ke harga Rp 75 ribu sampai Rp 80 ribu per kg.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan, langkah antisipasi pemerintah untuk meningkatkan pasokan daging sapi dengan melakukan akselerasi impor sapi bakalan belum berimbas terhadap penurunan harga daging sapi di pasar.
“Akselerasi impor sapi bakalan sudah mulai masuk, namun belum berimbas terhadap penurunan harga daging sapi di pasar,” kata Gita saat melakukan kunjungan ke Pasar Tebet Barat, Jakarta, Kamis (27/6).
Gita menjelaskan, Kemendag memperkirakan sebanyak 7.500 ekor sapi bakalan atau 50 persen dari akselerasi impor untuk bulan Juni 2013 sudah mulai masuk ke Indonesia. Namun demikian, harga daging sapi masih berada pada kisaran tinggi seharga Rp 90 ribu hingga Rp 95 ribu per kg.
Pemerintah berencana untuk memasok kurang lebih sebanyak 45 ribu ekor sapi bakalan hingga akhir Juli 2013 untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan 1434 Hijriyah dan menstabilkan harga kebutuhan pokok daging sapi.
Pasokan tersebut terbagi dari 15 ribu ekor sapi bakalan yang akan masuk pada Juni dan sebanyak 30 ribu ekor sebelum akhir Juli 2013 yang diharapkan mampu untuk menekan harga daging sapi.
Gita menegaskan, dia akan memanggil para pemasok komoditas pangan akibat naiknya harga-harga kebutuhan masyarakat yang terjadi di pasar-pasar tradisional. Gita akan meminta penjelasan kepada pemasok yang bertugas menyuplai bahan pangan tersebut ke pasar.
Dalam kondisi memasuki bulan Ramadhan, Gita mengakui, beberapa pedagang memang mencoba untuk mengambil keuntungan lebih besar daripada kondisi normal. Padahal, pasokan pangan sangat mencukupi untuk kebutuhan kensumen. n meiliani fauziah/antara ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.