Rabu 03 Jul 2013 01:55 WIB
Intelijen AS

Posisi Edward Snowden Terjepit

 Para pengunjuk rasa memegang poster foto Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6).    (AP/Kin Cheung)
Para pengunjuk rasa memegang poster foto Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan informasi rahasia tentang program pengintaian AS, di luar gedung Konsulat Jenderal AS di Hong Kong, Kamis (13/6). (AP/Kin Cheung)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Posisi pembocor dokumen intelijen AS Edward Snowden kian sulit. Tak lama setelah mengajukan suaka ke Pemerintah Rusia, Ahad (30/6),  Snowden menarik kembali permohonannya kepada Negeri Beruang Merah itu.

Seperti dikutip Reuters, Selasa (2/7), Snowden mencabut pengajuan suaka setelah mendengar respons Presiden Rusia Vladimir Putin yang memintanya untuk tidak menyakiti negara partner mereka Amerika Serikat (AS). Suatu permintaan yang sepertinya bertolak belakang dengan aksinya selama ini.  

Mantan karyawan badan intelijen AS (CIA) terus mencari negara alternatif lain untuk bisa memperoleh suaka. Ekuador yang sebelumnya merespons positif kini cenderung angkat tangan dan melepaskan persoalan ini ke Rusia. 

Presiden Ekuador Rafael Correa menegaskan, proses suaka Snowden baru bisa diproses ketika dia memasuki wilayah kedaulatan negaranya. Jika di Rusia, pria berusia 29 tahun ini harus bisa sampai ke Kedutaan Besar Ekuador di Moskow. “Negara yang bisa memberikan dokumen aman itu adalah Rusia,” ujarnya, Senin (1/7).

Correa untuk pertama kalinya mengakui tak secara sengaja membantu Snowden dalam perjalanan dari Hong Kong menuju Moskow dengan visa perjalanan sementara. “Ini merupakan kesalahan dari kami,” katanya menambahkan.

Juru bicara Kremlin mengatakan Snowden telah mengajukan suaka ke 15 negara.  Sementara, berdasarkan keterangan Wikileaks yang membantu pelariannya, Snowden telah mengajukan upaya suaka ke 21negara. Di antara negara tersebut, yakni Cina, Prancis, Irlandia, Finlandia, Venezuela, Rusia, dan Norwegia.

Hingga kini, belum ada satu pun negara yang menerima permohonan Snowden. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Finlandia Tytti Pylkko mengatakan, Snowden mengirimkan surat permohonan melalu faksimili ke kedutaan besar di Moskow.

Tapi, Finlandia tidak bisa menerima permintaan itu karena berdasarkan aturan hukum setempat, Snowden harus berada di negara itu terlebih dahulu. Hal yang sama juga disampaikan Norwegia yang mensyaratkan Snowden untuk berada di wilayah kedaulatannya. “Pengajuan suaka harus dilakukan di wilayah Norwegia. Sesuai dengan proses normal,” ujar wakil menteri Kehakiman Norwegia Paal Loeseth kepada NRK.

Pemerintah Venezuela berjanji akan merespons permintaan tersebut setelah menerima surat permohonan resmi. Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan, Snowden patut mendapat perlindungan dunia atas aksi berani yang dilakukannya itu.

Masih di bandara

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Snowden masih berada di zona transit internasional Bandara Sheremetyevo, Moskow, Selasa (2/7). Rusia tidak akan mengekstradisi Snowden karena dia belum melewati pos pemeriksaan paspor.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menjelaskan, Snowden dapat tinggal di Rusia dengan satu syarat. “Dia harus menghentikan aktivitasnya melukai negara partner kami Amerika,” ujarnya. Tapi, Putin ragu Snowden mau melakukan itu dan akan tetap membocorkan informasi intelijen Paman Sam. Dia akan tetap menjalankan aksinya karena Snowden merasa sebagai aktivis hak asasi manusia. 

Snowden menjadi buronan utama AS setelah membocorkan dokumen intelijen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) tentang penyadapan saluran telekomunikasi dan jaringan internet dunia. Snowden, Senin (1/7), menuduh Presiden AS Barrack Obama mengancam Ekuador yang bakal memberikan suaka kepadanya. Pernyataan Snowden adalah pertama kali sejak dia berada di Bandara Moskow. “Saya akan tetap bebas dan mampu memublikasikan informasi yang pantas untuk kepentingan publik,” ujarnya menegaskan.

Di Tanzania, Presiden AS Barack Obama mengatakan, perbincangan tingkat tinggi sudah dia lakukan dengan Pemerintahan Rusia. Obama memastikan kerja sama Gedung Putih dan Kremlin dalam persoalan Snowden ini. “Snowden berada di Rusia tanpa status kewarganegaraan yang sah. Itu cukup untuk memulangkan ke Amerika Serikat.” n bambang noroyono/ap/reuters ed: teguh firmansyah.

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement