REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Bambang Noroyono
Ketika mentari belum menampakkan wajahnya di Negara Bagian New York, Amerika Serikat (AS), Markay Osborn sudah rapi dan siap-siap untuk pergi. Tepat pukul 05.30, Kamis (4/7), perempuan berusia 55 tahun ini melaju dari Philadelphia menuju New York. Tidak untuk ke kantor atau kunjungan keluarga, apalagi pesta pernikahan. Pada hari libur nasional, ia berencana mengunjungi salah simbol kebanggaan AS, Patung Liberty.
Osborn tiba di muara Sungai Hudson di New York Harbor, tempat patung raksasa itu berada ketika jalanan masih sepi. Tapi, sebentar lagi akan penuh sesak. Orang-orang akan berkarnaval di sepanjang jalan menuju Pulau Liberty, tempat Patung Liberty tegak berdiri. Ya, patung lambang kebebasan bikinan Prancis dari abad ke-19 itu akan dibuka kembali untuk umum tepat pada hari perayaan kemerdekaan AS ke- 237. Osborn jadi orang pertama yang datang.
“Ini hari besar untuk melihatnya kembali,” kata dia, seperti dilansir Wall Street Journal, Jumat (5/7). Osborn memang sengaja terbang dari Negara Bagian Kalifornia sebelum datangnya kemeriahan hari itu. Kebetulan, dia punya kerabat di pinggiran Kota New York, tepatnya di Napa, Philadelphia.
“Kami hanya senang melihat patung itu kembali dibuka. Semua orang ingin melihat keadaannya,” tambah dia. Osborn mengaku terharu seumur hidup baru sekali dia menjumpai Lady Liberty. Itu pun saat ia berumur 11 tahun. Kabar ditutupnya Pulau Liberty membuat ia sedih.
Pada Desember 2012, Pemerintah Kota New York resmi menutup Pulau Liberty. Badai Sandy memorak-porandakan sebagian pesisir AS. Ekor badai itu melibas Lady Liberty. Patung raksasa itu tidak cedera, tapi tanah tempat dia berdiri kandas. Genangan air laut menyapu dan mengangkat semua benda di pulau tersebut dan mengempaskannya kembali ke laut. Dermaga yang biasa digunakan wisatawan yang hendak ‘menjenguk’ Lady Liberty di Sungai Hudson pun karam. Badai Sandy memang salah satu petaka alam terbesar yang pernah mampir di AS.
Sejak pulau itu ditutup, AS merasa kehilangan sebuah ikon yang sangat dibanggakan. Namun, kekecewaan itu terbayar. Pemerintah Federal menggelontorkan dana 30 juta dolar AS untuk membantu Wali Kota New York Michael Bloomberg merevitalisasi pulau itu. CNN News melaporkan, Lady Liberty adalah salah satu mesin pencari uang terbesar dari sektor wisata New York. Pada 2011, tercatat 3,7 juta pengunjung mampir ke pulau itu. Itu sama dengan menyumbangkan devisa senilai 174 juta dolar AS. Lady Liberty juga menyerap sekitar 2.200 pekerja lokal.
Tapi, memang stagnasi pengadaan wahana wisata membuat kunjungan ke Pulau Liberty sempat merosot. Penyedia layanan wisata di sana sampai mem-PHK 130 karyawan. Apalagi, kalau bukan lantaran sepi pengunjung. Ditambah lagi, badai Sandy nyaris membuat jasa wisata itu gulung tikar. PHK besar-besaran terpaksa dilakukan. Tapi, pengelola mengakalinya dengan menyelenggarakan paket wisata ke Battery Park, sebuah kawasan wisata di tepi sungai yang menyuguhkan suasana tenang dan pemandangan teduh.
Wakil Presiden Statue Cruises Michale Burke mengatakan, ada 13 kapal feri miliknya yang teronggok tak berguna selama Lady Liberty dilarang dikunjungi turis. Kini, setelah Lady Liberty kembali, senyum Burke pun kembali mengembang. Ia berharap, kembalinya patung perempuan dengan obor terangkat di tangan kanan itu dapat menggeliatkan kembali gairah wisata di Pulau Liberty dan sekitarnya. n ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.