REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Aktivitas Amerika Serikat (AS) dalam memata-matai negara lain kembali terungkap. Kali ini, giliran Brasil yang meminta klarifikasi terkait program mata-mata yang dijalankan Badan Keamanan Nasional AS (NSA).
Menteri Luar Negeri Brasil Antonio Patriota mengatakan, negaranya sangat khawatir dengan laporan bahwa komunikasi telepon dan elektronik warga Brasil telah menjadi objek spionase intelijen AS. Karena itu, Brasil langsung meminta klarifikasi dari AS terkait laporan itu. ''(Klarifikasi) melalui Kedubes AS di Brasil dan Kedubes Brasil di Washington,'' ungkap Patriota, Senin (8/7).
Laporan mengenai dugaan aksi mata-mata AS terhadap Brasil itu diungkap oleh surat kabar lokal, O Globo, akhir pekan lalu. Laporan yang dibuat berdasarkan data dari mantan analis CIA yang kini menjadi buronan AS Edward Snowden itu menyebut, Washington mengumpulkan miliaran data percakapan telepon dan e-mail warga Brasil. Sekadar gambaran, pada Januari saja, data yang terkumpul mencapai 2,3 miliar.
Menyusul laporan dalam surat kabar tersebut, Presiden Brasil Dilma Roussef segera menggelar pertemuan kabinet. Pertemuan dilangsungkan Ahad (7/7), atau sehari setelah O Globo menurunkan laporan yang menghebohkan itu.
Gusar dengan hal ini, Brasil akan mendesak PBB segera mengambil langkah preventif, yang bertujuan mencegah pelanggaran sekaligus melindungi privasi para pengguna internet. Badan dunia ini juga harus menekan Pemerintah AS agar mengedepankan jaminan keamanan bagi warganya dan warga negara lain dalam berkomunikasi, baik melalui telepon maupun internet. PBB juga diminta menekan AS agar menghormati kedaulatan negara-negara di dunia.
Juru Bicara Kedutaan Besar AS di Brasil Dean Chaves tak memberikan komentar terkait laporan ini. Meski demikian, Direktorat Intelijen Nasional AS menyatakan, Pemerintah AS akan segera merespons melalui saluran diplomatik kepada seluruh mitra dan sekutu AS.
Dalam laporannya, O Globo menulis, NSA mengumpulkan miliaran data tersebut melalui hubungan perusahaan telekomunikasi AS dan Brasil. Namun, O Globo tak menunjukkan bukti keterlibatan perusahaan Brasil.
Sementara, Menteri Komunikasi Brasil Paulo Bernardo mengatakan, penyadapan komunikasi ini mungkin dilakukan melalui kabel bawah laut dan satelit. ''Sebagian besar kabel komunikasi internasional itu melewati wilayah AS.''
Bernardo pun sangat prihatin atas aksi mata-mata ini, terutama kemungkinan keterlibatan perusahaan Brasil. ''Jika itu benar terjadi, sesuai hukum Brasil tindakan itu merupakan kejahatan,'' ujar dia.
Untuk memastikan hal itu, Kepolisian Federal dan Badan Telekomunikasi Brasil akan menggelar penyelidikan. ''Jika mereka (perusahaan-perusahaan Brasil) terbukti terlibat, artinya mereka telah melanggar hukum dan konstitusi Brasil, yang sangat menjunjung tinggi dan melindungi privasi setiap warga negara,'' kata Bernardo.
Target utama
Menurut O Globo, Brasil merupakan salah satu negara yang menjadi target utama aksi mata-mata AS. Hal itu setidaknya tampak dari banyaknya data komunikasi elektronik dan telepon warga Brasil yang disadap oleh AS. ''Jumlahnya sangat tinggi, padahal Brasil memiliki hubungan yang baik dengan AS,'' tulis O Globo.
Selain Brasil, lanjut surat kabar ini, ada sejumlah negara lain yang juga masuk dalam kelompok ''target utama'' mata-mata AS. Negara-negara itu adalah Cina, Rusia, dan Pakistan.
Isu penyadapan komunikasi telepon dan internet warga Brasil ini diyakini akan menjadi lonceng yang menandai datangnya masa-masa sulit dalam hubungan AS dengan negara-negara Amerika Latin, khususnya Brasil. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.