Kamis 11 Jul 2013 02:10 WIB
Khazanah Ramadhan

Bersahaja Saat Berbuka Puasa Ramadhan

 Petugas tengah menyiapkan takjil berbuka puasa di dapur Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (10/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Petugas tengah menyiapkan takjil berbuka puasa di dapur Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (10/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Puasa menjadi sarana pelatihan untuk pengendalian diri. Meski demikian, pengendalian bukan sebatas tak makan dan minum pada siang hari. Selain itu, umat Islam juga mesti mampu menahan diri dalam menyajikan dan mengonsumsi hidangan berbuka dan sahur. Ketua Umum Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin mengatakan, idealnya hal itu tak jadi ajang penghamburan uang.

Ia mengaku, sering kali proses menahan diri yang dilakukan kaum Muslim tidak tuntas. Maksudnya, mereka sanggup berpuasa menahan lapar dan dahaga. Tapi, kebiasaan saat berbuka malah seperti orang kalap dengan makan sepuasnya. “Menahan diri yang utama juga ketika mampu tidak makan dan minum dalam hidangan yang disajikan secara berlebihan,” katanya, Rabu (10/7).

Zaitun menilai, fenomena makan berlebihan pada bulan Ramadhan jelas tidak baik untuk dilakukan. Karena itu, masalah lepas kontrolnya warga yang lupa diri ketika makan harus dicarikan solusi. Mereka harus disadarkan bahwa mengendalikan diri harus dilakukan sepanjang waktu.

Menurut dia, rutinitas puasa tanpa dibarengi evaluasi membuat tidak sedikit orang terjerumus dengan ibadah ritual semata. Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini malah dijadikan sebagian kelompok untuk bergaya hidup konsumtif.

Bukannya amalan sedekah yang alokasinya ditambah, melainkan pengeluaran pribadi untuk memborong makanan dibesarkan. Ia mengatakan, kurangnya pemahaman akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah puasa menjadikan akar persoalannya.

Padahal, ritual puasa diperintahkan untuk dilaksanakan agar kaum Muslim bisa merasakan penderitaan saudaranya yang miskin sepanjang tahun. Melihat banyaknya kaum papa yang untuk sekadar makan pun susah, menunaikan puasa merupakan sebuah media untuk merasakan penderitaan mereka. Sayangnya, yang terjadi malah kebalikannya.

Ramadhan malah terkadang mendorong umat Islam semakin konsumtif dan itu mengurangi semangat ibadah. “Sekelompok masyarakat menyajikan hidangan puasa secara berlebihan. Kebiasaan kaum Muslim ini harus diubah,” seru Zaitun. Ia mendorong agar kebiasaan yang buruk ini dihentikan. Selain kurang bermanfaat, lebih baik anggaran untuk aneka ragam makanan itu dialokasikan ke fakir miskin.

Ingat, kata dia, cukup banyak umat Islam yang hidupnya serbakekurangan sepanjang tahun. Karena itu, sangat tepat pada Ramadhan ini dijadikan momen untuk berbagi dan saling meringankan beban sesama. “Satu hal yang harus diketahui bahwa puasa mengajak kita untuk berhemat dan berkehidupan sederhana. Ajaran ini kita ingat dan harus diterapkan.”

Pemimpin Pondok Pesantren Assidiqiyah Noer Muhammad Iskandar menangkap gejala masyarakat terkena euforia konsumerisme selama Ramadhan. Hal itu lantaran peran media yang bukannya mengoreksi tingkah laku masyarakat, malah mendorong mereka untuk semakin konsumtif. Alhasil, banyak yang lupa terhadap esensi puasa untuk meraih ketakwaan.  “Takwa hanya bisa didapat dengan mengendalikan diri, termasuk tidak makan berlebihan,” ujar Noer.

Ia mengingatkan, salah satu pesan Rasulullah hendaknya dipahami betul terkait imbauan untuk berhenti makan sebelum kenyang dan tidak makan jika belum lapar. Dengan meresapi ajaran tersebut, sekiranya kaum Muslim tidak melenceng selama puasa kalau mengamalkannya dengan baik.

Sayangnya, kata Noer, dari waktu ke waktu, orang semakin jauh meninggalkan makna ibadah puasa yang sebenarnya mengajarkan orang untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. “Puasa itu harus disadari proses akhirnya.”  Menahan diri tidak berbelanja makanan dan pakaian tak berlebihan termasuk tujuan dari pelaksanaan ibadah puasa. n erik purnama putra ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement