REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Amerika Serikat (AS) rupanya berada di balik insiden yang dialami Presiden Bolivia Evo Morales di Eropa, belum lama ini. Seperti diakui Pemerintah Spanyol, Selasa (9/7), AS telah meminta pihaknya untuk tidak mengizinkan pesawat kepresidenan Bolivia melewati wilayah udara negara itu.
Pekan lalu, Morales merasa diperlakukan sewenang-wenang oleh sejumlah negara Uni Eropa (UE) yang tak mengizinkan pesawat kepresidenan Bolivia yang ditumpanginya melewati wilayah udara mereka. Negara-negara itu adalah Spanyol, Prancis, Portugal, dan Italia. Mereka mencurigai di dalam pesawat terdapat buronan AS, Edward Snowden. Sejak awal, Morales menduga AS berada di balik sikap penolakan dari negara-negara UE tersebut.
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Garcia Margallo mengakui bahwa pihaknya diminta AS untuk melakukan hal itu. Kemudian, lanjut Margallo, Spanyol mengonfirmasi hal itu kepada Menteri Luar Negeri Bolivia David Choquehanca. Menlu Bolivia itu pun menegaskan, tidak ada Snowden dalam pesawat itu.
“Spanyol kemudian memberikan izin (kepada pesawat kepresidenan Bolivia) atas dasar ucapan Menteri Luar Negeri Bolivia,” ucap Margallo, seperti dikutip Reuters, Rabu (10/7). Ia melanjutkan, jika pun terjadi kesalahpahaman maka Spanyol tak keberatan untuk meminta maaf kepada Presiden Evo Morales.
Sementara, Pemerintah Bolivia yakin AS mengetahui bahwa Snowden tak ada di dalam pesawat. AS hanya ingin mengintimidasi Morales karena sering bicara blakblakan mengenai kebijakan AS. Menyusul insiden itu, Morales menawarkan suaka politik kepada Snowden.
Saat ini, pria yang membocorkan data-data intelijen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) tersebut masih berada di ruang transit Bandara Sheremetyevo, Moskow, tempat ia mendarat pada 23 Juni dari Hong Kong.
AS sudah mencabut paspor pria berusia 31 tahun ini, sehingga ia sangat sulit terbang ke manapun kecuali ada negara yang memberinya dokumen perjalanan. Sejauh ini, Presiden Barack Obama sudah mengancam bahwa negara manapun yang memberi suaka atau perlindungan terhadap Snowden akan membayar harga yang sangat mahal.
Berbeda dengan Spanyol, Portugal mengaku tak bertanya kepada siapa pun terkait kemungkinan adanya Snowden di dalam pesawat itu. “Itu adalah pilihan kami,” ujar Menteri Luar Negeri Portugal Paulo Portas.
Sementara, kepastian mengenai nasib Edward Snowden sejauh ini masih simpang siur. Wikileaks mengatakan di laman Twitter-nya bahwa Snowden belum memutuskan untuk menerima tawaran suaka dari Venezuela. Sementara, Menteri Luar Negeri Venezuela Elias Jaua mengatakan, seharusnya Snowden sudah ada di Venezuela. Tapi, ia yakin, Snowden terperangkap di area transit di bandara Moskow.
Sedangkan, jurnalis independen yang juga seorang blogger Glenn Greenwald meyakini Snowden sudah terhubung dengan pemerintah Venezuela. Greenwald yang pertama kali merilis informasi dari Snowden mengenai program mata-mata AS ini mengaku sempat putus komunikasi ketika Snowden tiba di Moskow.
Namun, berdasarkan informasi terakhir yang ia dapat, Snowden tak berada dalam tahanan di negara manapun. Ia juga sangat berharap Snowden menerima tawaran Venezuela yang ia gambarkan sebagai negara besar dan memiliki cukup kekuatan untuk menjaga dia. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.