REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ratusan narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Tanjung Gusta, Medan, Sumtra Utara (Sumut), melarikan diri pada Kamis (11/7) sore. Kejadian ini berlangsung saat segenap penghuni lapas dan sipir berbuka puasa. Mereka menjebol dinding lapas untuk lari berhamburan menuju perumahan warga sekitar.
Juru bicara Poltabes Medan Aiptu Sahat Pangaribuan mengatakan, kejadian tersebut berlangsung cepat dan diperkirakan ada dua ratus lebih napi kelas I yang melarikan diri. "Laporannya tadi masuk ke Polsek Sunggal, sekitar dua ratus yang lari," kata Sahat ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (11/7).
Sahat mengatakan, seluruh personel Polsek Sunggal dikerahkan untuk memburu ratusan napi tersebut. Selain itu, kata dia, Poltabes Medan juga akan memberangkatkan satuan Sabhara untuk mengejar tahanan kabur ini.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Heru Prakoso menambahkan, seluruh jajaran kepolisian di dekat Lapas Tanjung Gusta sedang dikerahkan memburu para tahanan. "Kami sedang upayakan pengejaran, informasi selanjunya juga sedang kami gali," ujar Heru melalui sambungan telepon.
Kasubag Humas Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan (Ditjen Lapas) Akbar Hadi Prabowo mengatakan, berdasarkan info kalapas Kelas 1 Medan, Muji Raharjo, pada pukul 18.30 telah terjadi pelarian sekitar 150 napi yang berhasil menerobos keluar melalui pintu portir lapas. Akbar menjelaskan, kerusuhan ini diawali dari adanya gangguan listrik yang mati dan ditambah dengan kekurangan air sejak Kamis (11/7) pagi. Kemudian, sejumlah narapidana memprovokasi para tahanan untuk membuat kerusuhan dan pecah pada pukul 18.30 WIB.
Lapas sendiri berisi sekitar 2.600 napi. Para napi menyerang petugas lapas dan melakukan pembakaran pada beberapa ruangan di dalam lapas. Bahkan, para napi sempat menyandera sebanyak 15 orang petugas lapas. Kemudian, 150 napi dapat menerobos dan ikut membakar gedung perkantoran di sekitar lapas.
Kalapas Medan telah berkoordinasi dengan Polda Medan untuk mengamankan narapidana yang membuat kerusuhan ini. "Pemadam kebakaran sudah berada di lapas untuk memadamkan api. Info terakhir, seluruh petugas lapas juga sudah keluar dari lapas," katanya menjelaskan.
Menurut Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana, pihaknya mengamankan dulu lokasi kejadian dan menjaga napi yang masih ada di dalam. Dia membenarkan penyebabnya adalah listrik padam dan saluran air tak berfungsi dengan baik. "Para napi tak terima kondisi ini," ujar Denny dalam wawancara televisi.
Jumlah napi di Lapas Tanjung Gusta melebihi kapasitas yang idealnya hanya cukup untuk 1.054 orang. Menurut Denny, kondisi ini bukan hanya terjadi di Medan, melainkan juga di beberapa lapas lainnya di Tanah Air.
Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardika mengatakan, kaburnya ratusan napi dari Lapas Tanjung Gusta tak bisa dianggap remeh. "Ini masalah serius," kata Pasek. Dia menyatakan, aparat kepolisian harus turun tangan membantu mencari keberadaan napi yang kabur.
Kejadian ini mencerminkan buruknya wajah hukum di Indonesia. Pasek menyatakan, persoalan penegakan hukum terjadi mulai dari tingkat hulu hingga hilir. Menurut dia, banyak lapas di Indonesia yang perlu pembenahan, baik dari sisi mentalitas sumber daya manusia maupun infrastruktur keamanan.
Pasek menyadari tugas menjaga lapas tidaklah mudah. Sebab, menurut dia, pekerjaan ini menuntut seseorang mampu mendaur ulang pola hidup manusia yang bermasalah menjadi baik. Dia menyatakan, persoalan ini akan menjadi kajian serius Komisi III. n gilang akbar prambadi/bilal ramadhan/m akbar wijaya/maman sudiaman ed: m ikhsan shiddieqy
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.