REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ferry Kisihandi
Semarak ziarah keagamaan tak pernah surut. Pemeluk agama memiliki hasrat untuk mengunjungi situs-situs agama yang mereka yakini. Keinginan ini berdampak pada suburnya biro perjalanan wisata, terutama yang menawarkan paket religi. Gejala ini berlaku secara umum di dunia. Paling tidak sektor ini mampu menyumbangkan 6,4 triliun dolar AS bagi ekonomi global.
Kunjungan terbesar adalah ritual tahunan umat Islam berupa ibadah haji ke Tanah Suci. Kini, sejumlah negara Muslim mempunyai kementerian tersendiri yang mengelola ibadah, termasuk bernegosiasi dengan Arab Saudi guna memperoleh tiga juta visa setiap tahunnya. Menurut penulis Elizabeth Becker, dalam tulisannya yang dimuat Washington Post, Senin (15/7), meski tak tergerak oleh kewajiban agama, orang bepergian ke tempat-tempat yang berkaitan dengan agama.
Dalam sebuah studi tahun 2011, United Nations World Tourism Organization mengungkapkan, terdapat lebih dari 600 juta orang yang berwisata religi setiap tahunnya. “Lebih dari setengahnya ada di wilayah Asia dan Pasifik dan hampir 40 persen di Eropa,'' kata Becker. Ia menuturkan, perjalanan mereka tak seperti yang dilakukan ibunya ke Lourdes, kota ziarah penganut Katolik, pada 1980-an.
Kala itu semua dilakukan hampir secara tradisional. Tak ada penginapan mahal seperti sekarang. Sebagai gantinya, ibunya tinggal di sebuah asrama sederhana nan bersih. Sekarang, mereka yang menyinggahi Lourdes, Makkah, atau Yerusalem dengan mudah menemukan hotel-hotel berbintang lima. Mereka juga dengan mudah mengatur perjalanan religinya.
Mereka tinggal duduk di depan komputer, berselancar di dunia maya. Mereka tinggal pilih paket yang sesuai dengan keinginannya. Meski demikian, Becker menyebutkan paket wisata religi ini tak sepenuhnya terpaku pada ranah spiritual. Sebaliknya, terkadang malah lebih banyak melihat-lihat keindahan tempat dan belanja. Kegiatan ibadahnya sedikit.
Meski demikian, ada juga wisatawan yang memang bertujuan untuk mencari tahu akarnya. Mereka berharap inspirasi dan pengetahuan sakral saat berada di situs-situs keagamaan. Di Santiago de Compostela, Spanyol, salah satu situs agama Kristen tertua di Eropa, para pengunjung berusaha menemukan makna.
Pihak Compostela juga berusaha untuk mengurangi komersialisasi tempat ini. Sekarang pemeluk agama Kristen dan tak beragama silih berganti bertandang ke sana. Sebagian dari mereka mempunyai tujuan untuk memperkaya spiritualitas, sedangkan lainnya memulai menata kehidupannya.
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.