REPUBLIKA.CO.ID, DETROIT -- Kota Detroit di Negara Bagian Michigan, Amerika Serikat (AS), pernah jaya karena industri otomotif pada 1950-an. Kota ini menjadi ikon industri Negeri Paman Sam. Nama besar Detroit di bidang industri akhirnya runtuh pada Kamis (18/7) ketika otoritas setempat mengajukan status pailit ke pengadilan.
Dengan pengajuan pailit itu berarti Detroit meminta perlindungan kepada pengadilan dari para kreditur. Ini juga menjadi pernyataan resmi bahwa Detroit tidak sanggup membayar utang senilai 18 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 182,7 triliun.
''Dari perspektif keuangan, Detroit sudah hancur,'' kata Gubernur Michigan Richard Dale Snyder, Kamis (18/7). Snyder menandatangani pengajuan kepailitan itu. Otoritas Detroit meminta kepada pengadilan federal untuk resmi dinyatakan tidak lagi punya kas.
Hancurnya keuangan kota industri itu menjadi sejarah keuangan terparah di AS. Detroit adalah kota terbesar keempat di negara adikuasa itu. Detroit terkenal dengan industri otomotifnya. Motor City, begitu kota ini punya gelar nama. Beberapa pabrikan otomotif raksasa bermarkas di sebalah barat Kota New York tersebut.
Dua di antaranya adalah General Motors dan Chrysler Group. Namun, kelesuan industri membuat produksi tidak bertambah. Beberapa tahun terakhir, Kota Detroit juga mengalami demam kronis akibat kredit macet dari 78 ribu properti yang tak terlunasi dan ditinggalkan pemiliknya.
Pengangguran makin memperparah keadaan. Terdapat sekitar 3.000 pengangguran di kota ini. Namun, itu satu dasawarsa lalu. Sekarang angka resmi pengangguran mencapai tiga kali lipat. Sedangkan, populasi penduduk di kota itu tidak sampai 700 ribu orang. Jumlah tersebut terus menurun jika diukur dari 1950-an ketika Detroit jadi magnet bagi dua juta penduduk AS.
Tingkat pengangguran membuat kriminalitas meningkat tajam. Detroit menjadi kota paling berbahaya di AS. Kepolisian 'malas' merespons tingkat kejahatan. Kemalasan itu, menurut Wall Street Journal, akibat kepolisian bukanlah relawan. Respons kepolisian atas kejahatan di kota itu menurun jadi 58 menit dari skala umum nasional, yakni 11 menit sejak laporan datang.
Situasi jalan raya pun jadi rimba tanpa aturan akibat traffic light sudah tidak dapat berfungsi. Sebanyak 40 persen penerangan jalan di kota itu mati. ''Sekarang ini adalah situasi terparah AS dalam sejarah 60 tahun terakhir,'' ujar Snyder. Dia menarik batas pada 1950-an ketika situasi serupa pernah terjadi.
Washington Post mencatat Kota Detroit sudah di bibir petaka sejak 2009. Namun, raksasa otomotif mampu menekan pemerintah federal untuk menyantuni kota tersebut dengan pinjaman senilai 80 miliar dolar AS. Dana bantuan itu kembali mengalir saat Maret lalu senilai 20 miliar dolar.
Sayangnya, uang sebanyak itu tidak bisa berbuat apa pun. Pemerintah bahkan menarik pungutan senilai 38 sen dari tiap dolar milik warga kota. Rencananya, 'pemalakan resmi' itu akan dinaikkan menjadi 65 sen sampai masa jatuh tempo utang pada 2017 mendatang. Pungutan legal itu untuk menutup utang yang berjibun tersebut.
Manajer Darurat Kota Detroit Kevyn Orr mengatakan, pailit adalah satu-satunya jalan. Pemerintah Federal dipaksa turun tangan untuk memberi suntikan bantuan dan mulai menyusun keuangan yang baru. Beberapa obligasi milik pemerintah kota, kata dia, juga siap dijual murah.
Itu dilakukan untuk menjamin upah pekerja dan pensiun pascapernyataan pailit. Di kota itu terdapat sekitar 10 ribu karyawan dan 20 ribu pensiunan. Mereka adalah beban pemerintah kota yang pertama kali harus diselamatkan pascapernyataan bangkrut.
Satu industri
Eric Scorsone, guru besar dari Michigan State University, mengatakan jalan Detroit menuju kebangkrutan tidak terjadi dalam semalam. Menurutnya, Detroit bergantung pada satu industri saja, yakni otomotif. Berbeda dengan Chicago, New York, dan kota-kota lain yang memiliki keragaman ekonomi.
"Kota ini memiliki industri otomotif, pemasok untuk industri otomotif, sehingga saat industri itu menurun, kota ini mulai berjuang secara ekonomi sejak 50 tahun lalu," kata Scorsone kepada Voice of America. Penduduk Detroit terus menurun akibat ketegangan rasial dan hilangnya kesempatan kerja.
Robin Boyle, guru besar tata kota dari Wayne State University, mengatakan sebagian besar warga Detroit pindah ke pinggiran kota atau ke negara bagian lain. Ini mengakibatkan lingkaran setan yang membuat situasi semakin buruk. "Bagaimana memutus lingkaran itu adalah tantangan bagi Detroit," ujar Boyle. n bambang noroyono/reuters ed: m ikhsan shiddieqy
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.