Jumat 26 Jul 2013 08:55 WIB
Kecelakaan Kereta

Tragedi Kereta Terburuk di Eropa

 Kecelakaan kereta api di Santiago de Compostela, Spanyol, Rabu (24/7).   (AP/Antonio Hernandez)
Kecelakaan kereta api di Santiago de Compostela, Spanyol, Rabu (24/7). (AP/Antonio Hernandez)

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO DE COMPOSTELA -- Kepolisian menginvestigasi masinis kereta menyusul kecelakaan di pinggiran Kota Santiago De Compostela, Galicia, Spanyol, Rabu (24/7) malam waktu setempat. Kecelakaan yang menyebabkan sedikitnya 78 orang tewas dan 141 lainnya luka-luka itu merupakan tragedi kereta paling buruk di Eropa. Juru Bicara Mahkamah Agung Galicia kepada Reuters, Kamis (25/7), mengatakan, polisi sedang memeriksa masinis itu. Namun, dia menolak menyebutkan nama masinis yang bersangkutan. Pemerintah Galicia mengatakan, ada dua masinis di kereta itu.

Seorang di antaranya sedang dirawat, namun tidak bisa dipastikan dia yang sedang diperiksa kepolisian. El Pais melaporkan satu dari dua masinis itu terjebak di kabin kereta dan sempat melaporkan kepada stasiun bahwa kereta keluar jalur dengan kecepatan 190 kilometer per jam. “Kami hanya manusia! Kami hanya manusia!” kata dia kepada stasiun, menurut sumber El Pais. “Saya berharap tidak ada yang meninggal, karena ini bisa membebani hati nurani saya.”

Surat kabar lokal mengutip para saksi yang melihat seorang masinis menolong para korban. Masinis bernama Francisco Jose Garzon itu menelepon sembari berteriak, “Kereta tergelincir. Apa yang harus aku lakukan?” Operator kereta milik negara Renfe menyatakan, pihaknya bersama Adif berkoordinasi dengan hakim yang ditunjuk menginvestigasi kecelakaan itu. Adif merupakan perusahaan negara yang mengurus infrastruktur kereta.

Kecelakaan diduga karena kereta yang melaju terlalu kencang sehingga tergelincir. Ini diperkuat pernyataan sumber El Pais di kepolisian dan Wali Kota Santiago Angel Curas. “Kecepatan kereta sepertinya tidak tepat,” kata dia.

Namun, Kementerian Pekerjaan Umum setempat menyatakan, terlalu cepat menyimpulkan apa yang terjadi. Hingga kemarin, pemerintah menyimpulkan bahwa tragedi ini murni kecelakaan, bukan tindakan ekstremis seperti pada 2004 yang menewaskan 191 orang.

El Pais memublikasikan potongan video berjudul “adegan dari neraka” yang menunjukkan kereta melaju kencang ketika memasuki tikungan. Kemudian, kereta yang mengangkut 247 penumpang itu tergelincir, keluar jalur, dan menabrak dinding.

Di lokasi kejadian, mayat-mayat korban ditutupi kain tepat di sebelah kereta itu. Dari dalam rongsokan kereta mengepul asap. Petugas pemadam kebakaran juga berusaha membuka reruntuhan kereta untuk bisa mengeluarkan  korban yang selamat. Seorang penumpang yang diwawancarai radio lokal Cadena Sar Ricardo Montesco mengatakan, kejadian terjadi begitu cepat. Kereta tampaknya berbelok, namun kemudian terbalik, dan akhirnya gerbong seolah-olah menumpuk satu sama lain.

Ia pun melihat orang-orang tergencet ke bawah. Lalu, sebagian dari penumpang yang selamat mencoba keluar gerbong karena menyadari kereta terbakar. “Saya berada di gerbong kedua, dan itu terbakar. Saya juga melihat mayat,” ujar dia. Kecelakaan itu terjadi bersamaan dengan Festival Santo James di Santiago. Ribuan jamaah Kristiani dari seluruh Spanyol juga sedang menuju kota itu. Warga negara lain juga turut menjadi korban.

Perdana Menteri Mariano Rajoy mengatakan, kejadian ini mengubah malam perayaan menjadi hari paling berduka untuk warga Galicia. Rajoy merupakan kelahiran Santiago de Compostela. Dia pun mengumumkan hari berduka nasional selama tiga hari.

Kecelakaan ini menjadi tragedi kereta terburuk di Eropa sepanjang 25 tahun terakhir. Pada November 2000, 155 orang tewas, di Austria dalam tragedi kebakaran kereta di terowongan. Di Montenegro pada 2006, 46 orang tewas dan 200 orang luka-luka akibat kereta tergelincir dan masuk jurang di pinggiran Ibu Kota Podgorica. Pada tahun yang sama, di Spanyol, 41 orang tewas ketika kereta bawah tanah tergelincir tepat sebelum memasuki Stasiun Metro Jesus di Valencia. n ichsan emrald alamsyah/ap ed: ratna puspita

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement