Jumat 02 Aug 2013 06:28 WIB
Konflik Suriah

PBB Selidiki Senjata Kimia Suriah

 Tentara Suriah berjalan di antara bangunan yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.
Foto: EPA/STR
Tentara Suriah berjalan di antara bangunan yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tim ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan segera tiba di Suriah untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di negara itu. Pemerintah Suriah, seperti dilaporkan BBC, Kamis (1/8), telah mengizinkan tim investigasi PBB untuk mengunjungi dan melakukan pemeriksaan di tiga wilayah yang diduga menjadi tempat penggunaan senjata kimia.

Juru Bicara PBB Martin Nesirky, Rabu (31/7), menginformasikan, Suriah dan PBB telah menyepakati sebuah pemahaman. Hal itu dicapai menyusul kunjungan Ketua Pelucutan Senjata PBB Angela Kane dan Kepala Tim Investigasi Senjata Kimia Ake Sellstorm ke Suriah pekan lalu.

Kepastian mengenai kehadiran tim investigasi PBB tersebut sekaligus mengakhiri rangkaian negosiasi selama empat bulan terakhir. Dalam hal ini, Suriah hanya memberikan mandat kepada tim PBB untuk memeriksa dan melaporkan mengenai ada-tidaknya penggunaan senjata kimia. Artinya, tak ada kewajiban untuk menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas serangan senjata kimia itu.

Dari tiga wilayah yang akan diselidiki, menurut Nesirky, salah satunya adalah Khan al-Assal di luar Kota Aleppo. Sekitar 30 orang tewas dalam serangan yang diduga melibatkan senjata kimia di wilayah itu, 19 Maret lalu. Pihak oposisi dan pemerintah saling menyalahkan atas kemungkinan serangan senjata kimia dalam serangan tersebut. Pada Maret lalu, Khan al-Assal masih dikuasai pasukan pemerintah. Namun, sejak pekan lalu, kendali daerah itu telah beralih ke tangan pasukan oposisi.

Nesirky tak menyebutkan dua lokasi lain yang akan diselidiki. Namun diyakini, dua wilayah itu berada di dekat Homs dan Damaskus. Sementara, seorang diplomat PBB mengatakan, tim investigasi kemungkinan akan memilih dua lokasi lain berdasarkan informasi yang diterima dari pemerintah, dokter, korban, dan lain-lain.

Sebelumnya, Suriah mengizinkan PBB untuk menyelidiki insiden di Khan al-Assal dan menolak lokasi lainnya. Padahal, di saat yang sama, sejumlah negara Barat, yakni Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat (AS), menginformasikan kepada PBB mengenai serangan senjata kimia di Homs, Damaskus, Aleppo, dan beberapa lokasi lain. Pekan lalu, utusan PBB di Timur Tengah, Robert Serry melapor kepada Dewan Keamanan PBB bahwa pihaknya telah menerima 13 laporan terkait penggunaan senjata kimia di Suriah.

Bikin Instagram

Dari Suriah dilaporkan pula, Presiden Bashar al-Assad pekan lalu meluncurkan senjata propaganda baru melalui media sosial. Ia membuka akun Instagram, sebuah media sosial online populer untuk berbagi foto, dengan nama @SyrianPresidency. Hingga kini, akun milik Assad itu telah memiliki hampir 4.000 pengikut. Melalui foto-foto yang ditampilkan di akun Instagram itu, Assad menggambarkan dirinya sebagai pemimpin yang penuh kasih dan dicintai rakyatnya.

Pada salah satu foto yang diunggah, tampak ia sedang menghibur sembari memegang tangan seorang pasien di rumah sakit militer. Ada pula gambar Assad sedang melambaikan tangan dan dikelilingi ratusan warga Suriah yang mengelu-elukannya.

Tak hanya gambar Assad, akun Instagram itu juga menampilkan foto aktivitas sang ibu negara, Asma Assad. Salah satu foto menampakkan Asma tengah memeluk hangat seorang ibu yang merupakan keluarga dari Abd Raouf Mohsen al-Tabish, salah satu warga yang tewas akibat perang saudara di negara itu. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement