Jumat 02 Aug 2013 08:45 WIB
Jalur Mudik

Pemudik Tak Terbiasa Lintasi Jalur Alternatif

  Kendaraan para pemudik menuju Kota Bandung dan Jakarta melintasi Jalan Lingkar Nagreg, Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/8) siang.  (Prayogi)
Kendaraan para pemudik menuju Kota Bandung dan Jakarta melintasi Jalan Lingkar Nagreg, Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/8) siang. (Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemacetan di jalur utama mudik tidak dapat terhindarkan. Sebab, para pemudik tidak terbiasa melintasi jalur alternatif. Selain itu, jalur alternatif juga tidak didukung dengan fasilitas yang memadai. Direktur Keselamatan Transportasi Darat Kementerian Perhubungan Hotma Simanjuntak mengatakan, banyak pemudik belum terbiasa melintasi jalur alternatif. Sehingga, mereka enggan beralih dan tetap memilih jalur utama. “Tak biasa dan banyak yang belum pernah lewat jalur alternatif,” kata dia, kepada Republika Kamis (1/8) sore.

Jalur alternatif juga kurang memiliki fasilitas, seperti jalur pantai utara (pantura). Sebab, meningkatnya kendaraan di jalur itu hanya terjadi ketika arus mudik dan arus balik. Meski demikian, dia berharap para pemudik tetap mengikuti instruksi peralihan jalan apabila jalur utama terlalu padat.

Menurut Kepala Satreskrim Polres Karawang Ajun Komisaris Mirzal Maulana mengatakan, hal yang patut diwaspadai pemudik ketika melintasi jalur alternatif adalah tindak kriminalitas. Mirzal mengatakan, jalur alternatif sepanjang 30 kilometer di Karawang rawan kriminalitas, terutama di titik-titik sepi yang jauh dari rumah penduduk.

Mirzal menuturkan, jalur alternatif itu melintasi wilayah Karawang, terbentang dari Tangpura-Johar-Wadas-Telagasari-Krasak-Cikalong. Kemudian, keluar Jatisari menuju jalur utama pantura.

Di sepanjang jalur itu, juga cukup sepi. "Karena banyak area persawahan," ujar Mirzal kepada Republika. Biasanya, pemudik sepeda motor istirahat di titik-titik yang sepi ini. Saat istirahat, pelaku kejahatan akan mendatangi para pemudik ini dan merampas harta berharga.

Selain jalur alternatif, rest area Tol Jakarta-Cikampek juga rawan, tepat di KM 42, KM 57, dan KM 62. Biasanya di tempat istirahat itu sering terjadi tindak pencurian atau pencongkelan spion kendaraan roda empat.

Karena itu, kepolisian mengimbau kepada pemudik, baik pengendara roda dua atau roda empat, agar berhati-hati. Bagi pemudik sepeda motor yang ingin beristirahat, disarankan tidur di sekitar rumah penduduk atau di pos-pos pengamanan kepolisian. Khusus di rest area, kepolisian menempatkan anggota guna mengamankan tempat tersebut.

Minim penerangan

Di jalur Jongol-Cianjur, Jabar, pemudik harus mewadapdai jalan yang rusak, yaitu jalan yang menghubungkan Cianjur dengan Kabupaten Bogor, Bekasi dan Jakarta. Selain itu, jalur alternatif itu juga minim lampu penerangan jalan.

Akibat minimnya lampu penerang jalan kerap memicu kecelakaan dan tindak kejahatan pada malam hari. “Panjangnya jalan utama dan jalan penghubung alternatif ini, tidak dilengkapi dengan lampu penerangan, termasuk rambu-rambu yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari," kata Sulaiman (35), warga Cicangkulon, Cianjur.

Dia menuturkan, selama ini berbagai pihak telah melayangkan permohonan ke dinas terkait di Pemkab Cianjur untuk menambah lampu penerangan. Setidaknya, kata dia, setiap 50 meter terdapat dua lampu di kiri kanan jalan agar penguna jalan dapat melintas dengan aman dan nyaman serta dapat melihat situasi yang ada di depannya dengan baik.

"Terutama pada musim arus mudik dan balik, jalur ini cukup dipadati pemudik, baik menggunakan roda dua atau empat. Namun saat ini, selain kondisinya rusak di beberapa titik jalur tersebut minim rambu dan penerangan," kata dia. Kepala Dinas Perhubungan Cianjur Aban Sobandi mengakui minimnya lampu penerangan jalan dan rambu-rambu di jalur Jongol-Cianjur. Namun, kata dia, dalam waktu dekat pihaknya akan segera menambah rambu.

Dinas Perhubungan juga akan menambah lampu lalu lintas di sejumlah titik, termasuk di jalur alternatif antarkabupaten tersebut. “Menjelang musim mudik kali ini, kami akan menambah rambu dan lampu peringatan untuk sementara karena pengajuan lampu penerang jalan masih dalam pembahasan," kata dia. Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Agus Rianto mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir ketika melintasi jalur alternatif. Sebab, kepolisian akan melakukan pengamanan.

"Dan jalur-jalur ini layak kok. Sudah banyak yang mulus dan bagus, mudah-mudahan konsentrasi pemudik bisa ikut beralih ke jalu-jalur ini dan tidak hanya Pantura yang jadi Primadona," kata dia. Aktivitas mudik di jalur selatan sudah mulai meningkat pada Kamis (1/8). Diperkirakan, arus mudik akan mencapai puncaknya pada Sabtu (3/8) dan Ahad (4/8). Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah pemudik tahun ini yang menggunakan angkutan umum mencapai 17 juta.

Jumlah pemudik menggunakan angkutan jalan sebanyak enam juta, angkutan air empat juta, kereta api tiga juta, dan angkutan udara empat juta. Jawa Barat akan menjadi konsentrasi perlintasan pemudik. Polda Jawa Barat menyatakan, jumlah kendaraan yang melalui wilayah Jawa Barat diperkirakan mencapai tujuh juta unit. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, yaitu 6,2 juta kendaraan. n aldian wahyu ramadhan/ita nina winarsih/gilang akbar prambadi/antara ed: ratna puspita

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement