REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW - Pemberian suaka sementara Pemerintah Rusia terhadap pembocor dokumen intelijen AS, Edward Snowden, memberikan tamparan keras buat Gedung Putih. Presiden AS Barack Obama pun marah dan mempertimbangkan untuk tidak menghadiri pertemuan bilateral AS dengan Rusia di Moskow bulan depan.
Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, Obama dan Pemerintahan AS sangat kecewa dengan keputusan Rusia memberikan suaka sementara kepada Snowden selama satu tahun. Padahal selama ini, AS menginginkan agar Negeri Beruang Merah itu mendeportasi Snowden.
“Kami mengevaluasi kebermanfaatan pertemuan kedua negara, menyusul kondisi seperti ini dan sejumlah isu lain. Tapi, saya belum bisa mengumumkan secara pasti keputusan itu hari ini,” ujar Carney kepada wartawan, Kamis (1/8) waktu setempat.
Rencananya Obama akan bertemu dengan Putin sebelum digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi G20 di St Petersburg, Rusia, bulan depan. Ketegangan antara keduanya sempat terjadi saat perbincangan di Irlandia Utara pada Juni. Saat itu, Putin dan Obama berbeda pendapat soal konflik Suriah. Putin juga geram dengan langkah AS yang kerap memojokkan Rusia dengan isu pelanggaran hak asasi manusia.
Keputusan Rusia ini terbilang sedikit mengejutkan. Karena sebelumnya, Vladimir Putin mengaku enggan mencampuri urusan AS dengan Snowden. Meski dia sempat mengisyaratkan untuk membantu Snowden seandainya mantan pegawai Badan Intelijen AS itu tidak membocorkan lagi dokumen-dokumen rahasia AS. Sejumlah analisis berpendapat, tindakan Rusia itu sebagai aksi balas dendam terhadap AS yang kerap menekan Rusia.
Sikap Moskow sepertinya juga akan mengganggu pertemuan tingkat tinggi antara Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Menteri Pertahanan Chuck Hagel, dan petinggi Rusia pekan depan. Menurut sumber Reuters yang tak ingin disebutkan namanya, dialog tersebut kini menjadi tak jelas.
Senator dari Partai Demokrat Chuck Schumer yang merupakan sekutu dekat Obama meminta presiden untuk membalasnya dengan mengusulkan agar pertemuan G20 tidak digelar di Rusia. “Rusia telah menusuk kami dari belakang dan ke depan hari Snowden yang berkeliaran bebas akan menyiapkan pisaunya yang lain,” ujarnya menegaskan.
Senator Partai Republik John McCain dan Lindsey Graham telah terlebih dahulu mengkritik kebijakan Putin dan menilai Rusia sengaja membuat malu AS. “Ini menampar semua muka warga AS. Sekarang sudah saatnya meninjau kembali hubungan dengan Putin, Rusia,” tegas keduanya.
Andrew Weiss, seorang ahli tentang Rusia di Dewan Keamanan Nasional di bawah Presiden Bill Clinton, ragu jika Obama akan mengumumkan tentang keputusan keberangkatannya ke Rusia setidaknya sampai pekan depan setelah pertemuan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan kedua negara di Washington pekan depan. Berdasarkan rencana sebelumnya, Kerry dan Hagel akan membicarakan pengawasan senjata, Iran, Suriah, dan rudal pertahanan.
Snowden pertama kali membocorkan sejumlah dokumen rahasia milik Badan Keamanan Nasional AS (NSA) kepada the Guardian pada Juni. Dokumen rahasia itu mengungkap program pengumpulan jutaan nomor telepon warga AS oleh intelijen. Otoritas intelijen AS juga melakukan beragam aksi mata-mata terhadap jaringan internet termasuk sosial media seperti Facebook. Intelijen AS juga memiliki sistem yang mampu meretas e-mail seseorang dengan mudah.
Akibat ulahnya itu, Snowden sempat kabur ke Hong Kong sebelum akhirnya mendarat di Bandara Sheremetyevo, Moskow, pada 23 Juni. Sejak saat ini, dia terjebak di dalam bandara karena AS membekukan paspornya. Hingga pada Kamis (1/8) kemarin, dia berhasil meninggalkan bandara tersebut setelah Rusia mengeluarkan surat suaka sementara selama setahun. Sejumlah negara Amerika Latin telah menawarkan suaka, seperti Venezuela dan Bolivia.
Pejabat di Kremlin, Yury Ushakov, mengatakan kepada wartawan di Moskow, pemberian suaka terhadap Snowden tidak cukup untuk memengaruhi hubungan politik kedua negara. Dia mengatakan, Moskow tetap tertarik untuk membangun hubungan dengan Washington di semua sektor. n teguh firmansyah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.