REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bambang Noroyono, Nur Aini
“Silvio, Silvio, Silvio!” Teriakan kompak itu keluar dari mulut puluhan orang yang berada di dekat Pallazo Grazioli, Roma, Italia. Di tempat itulah mantan perdana menteri Italia Silvio Berlusconi tinggal bersama keluarganya. Pada Kamis (1/8), suasana di sekitar istana tersebut ramai dan riuh.
Polisi menutup jalan yang melintas di depan rumah megah itu. Massa yang berada di luar kediaman Berlusconi memberi dukungan kepada sang pemilik rumah. Mereka tak hanya berteriak menyebut nama Berlusconi, tetapi juga mengibarkan bendera bergambar dirinya.
“Hari ini sangat menyakitkan,” kata Gianfranco Rotondi, seorang pengacara yang mendukung Berlusconi. Rotondi seolah merasakan rasa sakit tatkala Mahkamah Agung (MA) Italia menolak kasasi Berlusconi atas penggelapan pajak. Karier politik penguasa Italia selama 2008 hingga 2011 ini terancam habis.
Suasana berbeda tampak di luar gedung MA yang menyidangkan kasasi Berlusconi. Puluhan orang berpesta. Mereka membuka botol sampanye bersamaan. Tutup botolnya meletup dan busa putih keluar dari dalamnya beberapa saat setelah MA memutuskan untuk menolak kasasi Berlusconi.
Massa anti-Berlusconi senang dengan putusan MA ini. Di jantung Kota Roma, pembacaan vonis MA disaksikan beramai-ramai tiap sudut kota. Warga Roma seolah tak ingin melewatkan kejadian bersejarah yang menimpa mantan pemimpinnya itu.
Hasil sidang MA menandakan upaya Berlusconi untuk bebas dari jeratan hukum kandas. Sidang tersebut tak dihadiri Berlusconi. Taipan media ini memilih berdiam di Palazzo Graziolli dengan tenang. Namun, ini tak memengaruhi putusan MA.
MA memutuskan menguatkan putusan Pengadilan Tinggi terhadap laki-laki 76 tahun tahun itu. Berlusconi menjadi terpidana dalam kasus penggelapan pajak dan akan dijebloskan penjara. Pengadilan Tinggi menjatuhkan vonis empat tahun penjara bagi pria berusia 76 tahun ini.
Namun, putusan MA tak berarti mengharuskan menjalani hidup di balik jeruji selama empat tahun. Hukum grasi terbaru pada 2006 memungkinkan Berlusconi menjalaninya selama satu tahun saja dengan alasan usia. Masa tahanan satu tahun ini berupa tahanan rumah atau layanan sosial.
Dampak paling fatal memang bukan soal hukuman, melainkan soal nasib Berlusconi di kancah politik. Vonis Hakim Agung menghendaki agar mengevaluasi semua kebijakan pemberian jabatan negara terhadap pemilik klub sepak bola AC Milan ini. Konstelasi faksi politik yang ketat dan berimbang di Italia membuat Berlusconi kembali ambil bagian.
Berlusconi kini punya kursi di ruang senator dari partai pimpinannya. Dia adalah pemimpin dari Partai Kebebasan Italia (PDL). Hal ini membuat sanksi hukum merembet pada dinamika politik domestik. Partai berhaluan kanan itu berkoalisi dengan Partai Demokratik (PD) yang sedang memimpin saat ini.
Pada Desember 2012, Berlusconi pernah memberi pernyataan di televisi bahwa dia akan ikut serta dalam pemilihan perdana menteri pada 2013. Dia siap bersaing menggantikan Mario Monti. Namun, Berlusconi akhirnya kandas. Enrico Letta menjadi perdana menteri menggantikan Monti.
Sekarang Berlusconi dan partainya memberi dukungan kepada rezim Letta. Dukungan ini juga diberikan Monti dan partainya. Berlusconi kini nyaman duduk sebagai anggota senat. Namun, jabatan publik Berlusconi terancam gugur.
Reuters melaporkan, putusan MA mendesak pengguguran jabatan publik terhadap Berlusconi selama lima tahun mendatang. Putusan MA mendesak ruang senat harus melakukan voting untuk memberikan kekebalan hukum bagi Berlusconi. Hukuman akan dilaksanakan sebulan pascaputusan.
Berlusconi dalam tanggapannya mengatakan tidak terima dengan penolakan kasasi tersebut. Lewat video resmi yang ditayangkan, Berlusconi menyatakan dirinya adalah korban dari ketidakadilan dan tuduhan. “Hukuman terhadap saya tidak berdasarkan apa pun,” kata dia seperti dilansir Aljazirah, Jumat (2/8). n ed: m ikhsan shiddieqy
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.