REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 1.000 ton daging impor milik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) tiba pekan ini. Hingga saat ini, Bulog baru meneken kontrak pengadaan daging sekitar 1.200 ton. Sesuai penugasan pemerintah, Bulog diberikan peluang untuk mengimpor 3.000 ton daging hingga Desember sebagai stabilisator harga. "Bertahap akan kita kejar sampai dapat 3.000 ton daging," ujar Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, Senin (5/8).
Jangka waktu pemesanan daging yang pendek, menurut Bulog, menjadi kendala utama pemenuhan daging. Menurut Sutarto, masyarakat punya periode tertentu dalam konsumsi daging. Konsumsi daging akan melonjak menjelang Ramadhan hingga beberapa hari sebelum Lebaran. Namun, di tengah-tengah Ramadhan, permintaan daging cenderung stabil, bahkan tak jarang menurun.
Daging yang dimiliki Bulog saat ini, kata dia, sudah cukup untuk menyambut Lebaran. "Bulog bahkan mencadangkan sekitar 650 ton daging apabila ada penambahan permintaan," ujarnya. Ia mengemukakan, daging milik Bulog didistribusikan ke seluruh daerah. Namun, prioritas pemenuhan tetap di Jabodetabek dan Jawa Barat.
Bulog berharap bantuan distributor dan kerja sama pedagang untuk mengalirkan daging ke masyarakat. "Apabila Bulog dibiarkan bekerja sendiri, akan sulit melakukan intervensi pasar," tuturnya. Di tingkat pedagang, daging Bulog dihargai sekitar Rp 64 ribu per kilogram (kg) hingga Rp 74 per kg. Adapun jenis daging impor sesuai dengan rekomendasi yang diberikan Kementerian Pertanian (Kementan).
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan, pihaknya bersedia membantu Bulog untuk memasarkan daging impor ke pasar basah. Cara yang bisa ditempuh dengan mengundang ritel besar untuk ikut berjualan daging beku. Nanti akan dilihat bagaimana reaksi pasar menerima daging impor tersebut.
Wamentan juga berharap agar feedloter tidak ragu menggelontorkan daging agar harga segera stabil. Data pemerintah menunjukkan sebanyak 109 ribu ekor sapi siap potong masih berada di feedloter. "Mereka khawatir kehabisan sapi dan tidak dapat jatah tambahan hingga akhir tahun," ujarnya.
Dalam jangka panjang, Kementan akan mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memelihara sapi bakal. "Tanpa memiliki cadangan sapi, akan sulit bagi pemerintah menguasai stok di pasaran. Sejauh ini pemerintah, menurutnya, hanya punya cadangan beras saja," ujar Rusman.
Dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan pasokan daging sapi impor dari Bulog mulai memasuki wilayah tersebut. Salah satunya dijual di bazar Ramadhan di halaman kantor Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Sukabumi, akhir pekan lalu.
Dalam kesempatan tersebut, sebanyak satu ton daging sapi impor disediakan bagi warga sejumlah kecamatan yang datang. ''Pasokan ini dilakukan tepat menjelang datangnya Lebaran,'' ujar Kepala BP4K Kabupaten Sukabumi, Iwan Karmawan, kepada wartawan. Hasilnya, animo warga untuk membeli daging sapi cukup banyak. Hal ini ditandai dengan habisnya sebagian stok daging sapi impor beku yang dijual.
Iwan mengatakan, daging impor Bulog dijual dengan harga yang terjangkau mulai Rp 75 ribu per kilogram. Selain itu, ada harga daging impor dengan kualitas lebih baik, yakni Rp 80 ribu dan Rp 85 ribu per kilogram. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan harga yang ada di pasaran yang mencapai kisaran Rp 95 ribu per kilogram.
Bupati Sukabumi, Sukmawijaya, mengatakan, penjualan daging sapi impor dengan harga murah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat. ''Terutama, untuk memenuhi kebutuhan menjelang Lebaran,'' katanya.
Sebelumnya, kalangan peternak meminta pemerintah menjaga distribusi tambahan sapi impor. Berdasarkan tujuan awal, tambahan impor hanya untuk menambal kebutuhan di Jabodetabek dan Jawa Barat. "Jangan sampai sapi impor yang datang keluar dari wilayah konsumen. Kalau itu terjadi namanya bukan stabilisasi, tapi distorsi, kacau," ujar Ketua Forum Peternak Sapi Indonesia (FPSI) Nasyir Al Mahdi, Kamis (1/8).
Selain itu, sapi impor jangan sampai langsung masuk ke peritel. Pemerintah diminta mengatur tata niaga agar tambahan impor yang tak berbatas ini tidak merusak harga. Lalu, apabila harga sudah stabil, diharapkan untuk segera menutup keran impor sapi. n meiliani fauziah/riga iman ed: irwan kelana
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.