REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata di atas enam persen per tahun telah menempatkan negara ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia (economy global power). Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, peluang tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin, terutama oleh generasi muda untuk terus menciptakan inovasi-inovasi pembangunan pada masa depan.
“Kita bersyukur bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat baik dan ini terjadi justru di tengah kemerosotan ekonomi global yang melanda hampir semua negara, terutama negara-negara di Asia,” kata Hatta seusai menerima penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari pemerintah yang diterima langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Jakarta, Selasa (13/8).
Menurut Hatta, keberhasilan Indonesia menjadi economy global power tersebut tak lepas dari modal pembangunan yang dimiliki Indonesia. Indonesia, kata dia, merupakan negara yang memiliki modal pembangunan sangat lengkap, mulai dari sumber daya alam (SDA) yang melimpah, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, iklim demokrasi yang stabil, dan letak geografis yang strategis.
Hatta menjadi satu dari 11 orang yang tahun ini menerima anugerah tanda kehormatan Penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari pemerintah. Ia dinilai telah berjasa dalam berbagai bidang yang bermanfaat bagi keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan bangsa dan negara juga pembangunan yang memberikan dampak nasional dan internasional.
Di kancah internasional, Hatta telah mampu meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dengan sejumlah negara. Bahkan, Hatta pernah menjabat President International Atomic Energy Agency (IAEA), sebuah pusat kerja sama dunia dalam bidang nuklir untuk periode 2002-2003.
Di kancah nasional, kontribusi Hatta dalam pembangunan ekonomi Indonesia sangat besar. Itu tecermin dari hasil kinerjanya selama menduduki jabatan-jabatan strategis, seperti anggota DPR, Menteri Perhubungan, Menristek, Mensesneg, dan kini Menko Perekonomian.
Di bidang politik, pria kelahiran Palembang, 18 Desember 1953, tersebut dikenal dengan slogan justice for all yang berarti semua harus ditegakkan dalam upaya mengurangi kesenjangan. Arah kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Hatta Rajasa yang lebih mengedepankan nasionalistik dan proteksionis belakangan telah melahirkan istilah Hattanomic.
Adapun 11 orang tokoh lain yang juga menerima penghargaan yang sama seperti Hatta adalah Sudi Silalahi, Purnomo Yusgiantoro, Jero Wacik, Djoko Kirmanto, Mohammad Nuh, Suryadharma Ali, dan Mari Elka Pangestu. Kemudian, tiga orang lainnya yang berasal dari luar pemerintahan adalah Mahfud MD, almarhum Baswedan, dan almarhumah Hj Rahmah El Yunusiyyah.
Hatta mengatakan, pemerintah akan terus berupaya menjadikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memastikan agar APBN dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu langkahnya adalah dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, kata dia, dapat dilakukan melalui konsumsi domestik yang akan tetap menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk menjaga agar konsumsi domestik terus berlanjut, pemerintah akan berupaya mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.
“Kini, sudah ada pembahasan dengan Kementerian Keuangan agar setiap tahun ada kenaikan upah secara berkala yang disesuaikan dengan laju inflasi,” kata Hatta. Selain upah, pemerintah juga sudah menyesuaikan potongan pajak dari pendapatan yang sudah dinaikkan.
Langkah lain untuk menjadikan APBN sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi adalah dengan memastikan investasi yang sudah dilakukan tidak terhambat. Ada banyak investasi yang sudah akan berjalan, tetapi terhambat dengan hal-hal yang seharusnya tidak perlu terjadi, seperti proyek pembangkit listrik dan proyek migas. “Ini yang akan kita 'sisir' satu persatu,” ujarnya. n ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.