REPUBLIKA.CO.ID, PALU — Organisasi Islam al-Khairat menggelar haul ke-45 pendirinya, Habib Sayid Idrus Salim al-Jufri atau sering disebut Guru Tua, pada Senin (19/8). Menteri Sosial Salim Segaf al-Jufri meminta haul ini dijadikan momentum menumbuhkan perdamaian antarumat.
Saat ini, kata dia, ada 184 titik konflik di Indonesia. “Saya sangat prihatin dengan berbagai konflik yang masih terjadi,” kata Salim yang hadir dalam haul itu. Cucu Guru Tua ini mengatakan, umat Islam dapat menjadi pelopor perdamaian setelah menghadiri acara tersebut.
Dia mendorong agar warga Muslim menanamkan nilai Islam yang sudah diajarkan Guru Tua. Hal itu dilaksanakan lewat ribuan madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi al-Khairat. Salim mengatakan, Guru Tua semasa hidupnya tak kenal lelah berdakwah.
Guru Tua juga dinilai sebagai mutiara dari Timur. Dia mencerahkan umat Islam, khususnya di Sulawesi Tengah. “Jadi, tak pantas daerah yang menjadi pusat perguruan al-Khairat mewujud sebagai daerah konflik,” kata Salim.
Salim juga menitip pesan kepada jamaah haul. Sepulang dari haul, mereka diminta langsung meminta maaf kepada orang tua yang masih hidup. Setiap orang wajib menghormati, menghargai, merawat, dan mendoakan kedua orang tuanya.
Salim yakin, kebiasaan meminta maaf membuat masyarakat bersikap positif pula. Baginya, sikap baik kepada orang tua akan membuat seseorang mampu berbuat baik kepada orang lain. Dari sinilah benih perdamaian muncul.
Ketua Umum al-Khairat Habib Ali bin Muhammad bin Idrus al-Jufri mengatakan, haul bertujuan mengingat sejarah. “Lewat haul, kita mengenang perjuangan Guru Tua dalam dakwah dan pendidikan.” Haul tersebut dihadiri 50 ribu abnaulkhairat atau jamaah dan simpatisan al-Khairat.
Ali menjelaskan, Guru Tua merupakan sosok pendidik gigih. Beliau gemar mengajar dan menyayangi murid-muridnya. Selain itu, Guru Tua juga sangat mencintai ilmu. Selama ini, beliau terkenal dengan kemampuannya dalam ilmu syariah dan syair. Syair-syairnya dalam bahasa Arab pun selalu dibacakan saat perayaan haul.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djonggala menyatakan, Guru Tua adalah sosok pejuang pendidikan, keagamaan, dan kebangsaan. “Beliau memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku, karakter, dan kepribadian masyarakat di daerah ini,” katanya.
Menurut Longki, keberhasilan Guru Tua membangun masyarakat karena keikhlasannya. Hampir setiap aktivitas Guru Tua dalam mengemban misi pendidikan dan dakwah dilandasi sikap bahwa Allah selalu bersamanya.
Dia mengharapkan warga Palu dan kerabat Habib Idrus dapat mengambil keteladanan itu. Lalu, mereka menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menurut Wali Kota Palu Rusdi Mastura, masyarakat Palu sangat bersyukur dengan adanya Guru Tua. Sebab, mereka bisa menimba ilmu dari beliau. Lembaga al-Khairat adalah warisan Guru Tua dalam bidang pendidikan dan dakwah.
“Kita hendaknya mengikuti semangat beliau dalam mengembangkan pendidikan dan dakwah,” ujar Rusdi. Dengan landasan tersebut, dia yakin warga Palu melakukan perubahan ke arah lebih baik.
Acara haul kali ini diisi pembacaan Alquran, manakib atau pembacaan riwayat hidup Guru Tua, zikir, tahlil, dan tausiyah yang disampaikan sejumlah ulama al-Khairat. Panitia haul juga menggelar festival Raudhah, pameran, dan bazar aneka ragam produk kerajinan warga.
Al-Khairat berencana menjadikan pusat organisasinya sebagai kawasan wisata religi. Bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palu dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, al-Khairat berupaya mengangkat taraf hidup warga dengan pemberdayaan ekonomi. n chairul akhmad ed: ferry kisihandi
Boks
Al-Khairat Serukan Qunut Nazilah untuk Mesir
Pengurus Besar al-Khairat menyerukan kepada seluruh umat Islam di Indonesia melaksanakan qunut nazilah. Ini doa khusus saat shalat untuk keselamatan dan keamanan umat Islam di Timur Tengah, khususnya di Mesir.
Seruan itu disampaikan pada acara haul ke-45 pendiri al-Khairat, Guru Tua. Dan, ribuan Muslim dari berbagai daerah di Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan, langsung menggelar doa untuk keselamatan Muslim di Mesir. Mereka berharap negeri itu segera keluar dari konflik politik.
Qunut dipimpin Ketua Utama al-Khairat Habib Ali bin Muhammad bin Idrus al-Jufri. “Semoga doa kita diijabah oleh Allah agar keamanan Mesir pulih kembali,” katanya. Dia juga memimpin doa yang diamini oleh ribuan jamaah peserta haul.
Salah satu tradisi di setiap haul, Ali mendapatkan kesempatan terakhir memberikan tausiyah. Lalu, dia menutup tausiyahnya dengan doa. Kalangan al-Khairat percaya bahwa doa-doa itu makbul. Selain mendoakan Mesir, mereka mendoakan ketenangan Sulawesi Tengah. n antara ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.