Jumat 23 Aug 2013 02:49 WIB
Konflik Suriah

PBB: Selidiki Serangan Gas Syaraf di Suriah

Anak-anak Suriah (ilustrasi)
Foto: huffingtonpost.co.uk
Anak-anak Suriah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Laporan mengenai serangan gas syaraf di Suriah memicu reaksi dari masyarakat internasional, tak terkecuali PBB. Segera setelah tersiarnya kabar memilukan itu, Dewan Keamanan (DK) PBB menggelar pertemuan darurat. Hasilnya, badan dunia ini mendesak tindakan penyelidikan secepatnya dan menyeluruh, khususnya untuk memastikan penyebab tewasnya lebih dari 200 warga di beberapa wilayah di pinggiran timur Damaskus, Rabu (21/8) dini hari.

Duta Besar Argentina untuk PBB yang kini juga menjabat sebagai Presiden DK PBB Maria Cristina Perceval mengatakan, DK PBB sangat khawatir atas dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah saat ini. Karena itu, DK PBB mendesak adanya penjelasan mengenai situasi sebenarnya di Suriah. ''Dewan juga mendukung desakan dari Sekjen Ban Ki-moon untuk dilakukan penyelidikan secara menyeluruh,'' ujar Perceval dalam jumpa pers setelah sidang darurat di markas PBB di New York, Rabu (21/8).

Hal senada dikatakan Wakil Juru Bicara PBB Eduardo Del Buey. Menurut dia, Sekjen PBB Ban Ki-moon sangat terkejut atas dugaan terjadinya serangan dengan senjata kimia di Suriah, Rabu. Sekjen PBB, kata Buey, dengan tegas meminta seluruh insiden diselidiki secepatnya.

Dalam sidang darurat DK PBB yang digelar secara tertutup selama dua jam, Amerika Serikat (AS),  Prancis, Inggris, dan 32 negara lainnya menyeru penyelidik senjata kimia PBB, Ake Sellstrom, yang bersama timnya sedang berada di Suriah untuk menyelidiki insiden itu. Wakil Duta Besar Inggris untuk PBB Philip Parham mengatakan, 35 negara menandatangani surat yang meminta segera dilakukan penyelidikan.

Meski demikian, melakukan penyelidikan ke Suriah bukan perkara mudah. Wakil Sekjen PBB Jan Eliasson memperingatkan, berdasarkan kondisi keamanan saat ini kemungkinan Pemerintah Suriah tak mengizinkan tim PBB ke lokasi itu.

Sejak empat hari lalu, tim penyelidik PBB memang telah berada di Suriah. Mereka diizinkan oleh pemerintah Assad untuk menyelidiki dugaan serangan dengan senjata kimia di sejumlah wilayah, beberapa bulan lalu. Dalam hal ini, sejumlah pihak menyangsikan tim pimpinan Ake Sellstrom itu diizinkan melakukan penyelidikan di wilayah-wilayah yang menjadi target serangan gas syaraf, Rabu dini hari lalu.

Diduga ribuan tewas

Sejauh ini, informasi mengenai jumlah korban tewas dalam serangan gas syaraf di wilayah sebelah timur Damaskus masih simpang siur. Sejumlah media menyebut sekitar 100 orang, ada pula yang menyatakan lebih dari 200 orang, banyak di antaranya anak-anak dan wanita.

Sementara pemimpin Tentara Pembebasan Suriah, Salim Idriss, mengatakan kepada Aljazirah bahwa setidaknya 1.600 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan pada pagi buta itu. Lain lagi angka yang disebutkan aktivis Koalisi Nasional, George Sabra, yakni 1.300. ''Hal ini menghancurkan harapan pembicaraan damai di Suriah,'' ujar Sabra.

Angkatan Bersenjata Suriah membantah keras tudingan sebagai pihak di belakang serangan gas syaraf itu. Televisi Pemerintah Suriah menyatakan, tuduhan itu dibuat untuk mengalihkan perhatian para peneliti PBB.

Ketika militer dan Pemerintah Suriah sibuk melakukan bantahan, sekutu dekat mereka, yakni Iran, memberi dukungan. Seperti dikatakan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, Pemerintah Suriah tak mungkin menggunakan senjata kimia. ''Jika penggunaan senjata kimia benar, pasti dilakukan oleh teroris,'' ucap dia kepada Press TV,  Kamis (22/8).

Dukungan juga dilontarkan Rusia. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevich, mengatakan, serangan itu kemungkinan adalah provokasi dari oposisi. Ia yakin oposisi telah merencanakan hal ini sehingga bersamaan dengan kedatangan tim PBB. ''Dengan demikian, tim PBB akan menemukan bukti kuat mengenai penggunaan senjata kimia di Suriah,'' kata Lukashevich. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement