Rabu 28 Aug 2013 08:50 WIB
Diplomasi

Brasil-Bolivia Tegang, Menlu Mundur

Bolivia's President Evo Morales speaks during an interview with journalists at the presidential residence in La Paz January 13, 2013. (file photo)
Foto: Reuters/David Mercado
Bolivia's President Evo Morales speaks during an interview with journalists at the presidential residence in La Paz January 13, 2013. (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Brasil Antonio Patriota mengundurkan diri, Selasa (27/8), di tengah meningkatnya ketegangan dengan Bolivia. Pengunduran diri itu dilakukan menyusul manuver diplomatik Brasil yang menyelundupkan tokoh oposisi Bolivia ke negeri mereka.

Juru Bicara Kepresidenan Brasil mengumumkan, Presiden Dilma Roussef telah menerima pengunduran diri Patriota. Sebagai pengganti, pemerintah Brasil mengangkat Luiz Alberto Figueiredo sebagai menlu yang baru. Figueiredo adalah diplomat karier dan baru menjabat sebagai Kepala Delegasi Brasil di PBB selama dua bulan. Sedangkan Patriota, mantan dubes Brasil untuk Amerika Serikat (AS), mendapat tugas baru di PBB.

Ketegangan antara pemerintah Brasil dan Bolivia muncul sehari setelah Senator Bolivia, Roger Pinto, berhasil melarikan diri dari negaranya ke Brasil. Sebelumnya, ia bersembunyi selama 452 hari di Kedubes Brasil di La Paz.

Pinto, anggota parlemen yang berasal dari oposisi sayap kanan Bolivia, menuduh Presiden Evo Morales terlibat korupsi. Namun, Pinto tak bisa membuktikan tuduhannya itu. Ia lalu meminta suaka politik ke Kedubes Brasil karena menerima ancaman pembunuhan.

Sebaliknya, pemerintah Bolivia menyebut tuduhan Pinto merupakan bagian dari permainan politik kotor oposisi. Pemerintah pun menuduh Pinto meminta suaka ke Brasil untuk menghindari pengadilan kriminal. Sebelumnya, Pemerintah Bolovia menuduh Pinto melakukan korupsi hingga menghancurkan ekonomi Negara Bagian Pando ketika ia menjadi gubernur wilayah itu. Atas tuduhan korupsi itu, Pinto harus menghadapi pengadilan kriminal.

Pinto sendiri sudah mendapatkan suaka dari Brasil sejak 2012. Hanya saja, ia tak bisa segera pergi ke Brasil karena Bolivia mencekal kepergian Pinto. Namun, dengan alasan kesehatan, seorang diplomat Brasil, Eduardo Saboia, memutuskan untuk menyelundupkan Pinto keluar dari Bolivia.

Sidney Morning Herald melaporkan, Pinto kabur pada Jumat (23/8) lalu dengan mobil kedutaan yang dikawal Marinir Brasil. Butuh waktu 22 jam bagi mereka untuk menempuh perjalanan dari La Paz ke kota barat daya Brasil, Corumba. Setelah pelarian ini terungkap, Bolivia menuduh Brasil melanggar perjanjian internasional dan menuntut penjelasan. Pemerintah Bolivia bersumpah akan terus mencari cara untuk menangkap Pinto.

''Apa yang terjadi ini serius, itulah sebabnya kita menuntut penjelasan dari Brasil,'' ujar Menlu David Choquehuanca dalam konferensi pers di La Paz, sepeti dikutip Sidney Morning Herald, Selasa (27/8). Pemerintah Brasil yang tak mengetahui operasi pelarian Pinto menganggap tindakan itu sebagai bencana. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement