REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kian terperosok ke zona merah. Pada penutupan perdagangan Selasa (27/8), indeks turun 152 poin menjadi 3.967,842 dari sebelumnya 4.099,367 saat pembukaan. Ini merupakan angka indeks terburuk sejak pembukaan perdagangan di awal tahun.
Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, penurunan indeks terjadi karena pasar menanti aturan teknis dari empat paket kebijakan ekonomi pemerintah yang dirilis Jumat (23/8). "Pasar nervous, akibatnya mereka melepas rupiah dan mengonversinya dengan dolar AS," ujar Ryan, Selasa (27/8). Aturan teknis dapat mendongkrak kepercayaan pasar dan menciptakan sentimen positif.
Indeks pernah berada di level 3.654,58 pada Juni 2012 dan 3.348,7 pada Oktober 2011. Catatan 45 indeks unggulan atau LQ45 pada Selasa juga negatif dengan penurunan 26 poin ke tingkat 651,872. Secara keseluruhan, 278 emiten turun dan 32 emiten yang sahamnya naik. Sedangkan, 37 emiten tak bergerak harga sahamnya.
Total perdagangan saham mencapai 147.827 kali dengan nilai Rp 5,4 triliun. Sedangkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih menunjukkan tren pelemahan. Rupiah dibuka Rp 10.850 per dolar AS, tapi pada sesi penutupan melemah di level Rp 10.900 per dolar AS.
Pelemahan juga terjadi di bursa saham Asia. Indeks Nikkei 225 mengalami penurunan 93,91 poin ke level 13.542 dan Strait Times turun 50,45 poin ke level 3.034. Kondisi serupa dialami indeks Hang Seng, Hong Kong, dengan pelemahan 136,83 poin ke level 21.868. Kenaikan terjadi di Shanghai Composite sebesar 7,09 poin ke level 2.103.
Analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengungkapkan, pelemahan indeks akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi. "Pasar masih menunggu realisasi kebijakan. Peraturan menterinya saja belum ada, sehingga investor masih wait and see," ujar Satrio. Indeks diprediksi bisa anjlok ke level 3.800 sebagai konsekuensi tak adanya angin segar kebijakan yang dibuat otoritas untuk memperbaiki kondisi ekonomi.
Analis Trust Securities Reza Priyambada menilai, pelaku pasar mulai jenuh dengan kondisi saat ini, sehingga memilih untuk menjauh. Ketidakjelasan waktu tappering off stimulus Bank Sentral AS the Fed menjadi sentimen negatif global. "Indeks masih akan bergerak negatif. Namun, diharapkan pelemahannya akan terbatas," kata Reza. n satya festiani/friska yolandha ed: m ikhsan shiddieqy
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.