Rabu 28 Aug 2013 09:00 WIB
Impor Bahan Pangan

Kemandirian Pangan Gagal

Benih kedelai (ilustrasi).
Foto: komoditasindonesia.com
Benih kedelai (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketergantungan terhadap kedelai impor menunjukkan gagalnya program kemandirian pangan. Pemerintah tidak mampu memaksimal produksi kedelai dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan. Ketua Umum Dewan Kedelai Nasional Benny Kusbini mengatakan, kenaikan harga akan selalu terjadi apabila pemerintah masih mengandalkan impor. Indonesia, kata dia, tidak memiliki kemandirian karena selalu terkena dampak negatif perekonomian global, seperti penguatan dolar dan ekonomi AS yang melemahkan rupiah.

Mahalnya kedelai impor saat ini, menurut Benny, sama seperti tingginya harga beras, daging sapi, hingga susu. "Saya menyayangkan stok kedelai kosong dan pemerintah mengimpor. Ini sama saja dengan memarginalkan rakyat kita sendiri," katanya menegaskan, Selasa (27/8).

Indonesia harus memiliki stok nasional kedelai dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Benny mengusulkan wilayah penanaman di Provinsi Sulawesi Selatan hingga Kalimantan Timur seluas ratusan ribu hektare. Pemerintah juga bisa membantu menyediakan mesin pengering dan gudang.

Harga kedelai impor kini mendekati Rp 10 ribu per kg di sejumlah daerah. Sebelum rupiah melemah, harga kedelai hanya Rp 7.000 per kg. Ini membuat perajin tempe-tahu memperkecil ukuran, bahkan ada yang berhenti beroperasi. Rupiah pada Selasa dibuka Rp 10.850 per dolar AS, tapi pada sesi penutupan melemah di level Rp 10.900 per dolar AS.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan harga kedelai melambung, yakni nilai tukar rupiah dan pasokan. Dia yakin bahwa pasokan kedelai yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan industri.

Bulog, jelas Gita, baru mengajukan permohonan untuk melakukan impor kedelai. Kemendag terus mencari sumber pasokan lainnya, sementara menunggu produsen lokal menopang kebutuhan kedelai nasional. Produksi kedelai nasional masih sebesar 800 ribu ton per tahun, padahal kebutuhannya mencapai dua juta hingga 2,5 juta per tahun. Sisanya dipenuhi dari impor kedelai asal AS.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan, keran impor kedelai kembali dibuka berapa pun volumenya untuk mencukupi kebutuhan nasional. Kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa, pemerintah menambahkan pasokan kedelai melalui mekanisme impor. Langkah impor diambil, Hatta beralasan, karena sudah tidak ada lagi kedelai dalam negeri yang dapat dibeli dari petani. "Nggak ada. Artinya, sudah selesai panen mereka," ujarnya.

Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Kementan Maman Suherman mengungkapkan, pada bulan ini di beberapa daerah sedang panen kedelai. Dia optimistis target produksi kedelai 1,5 juta ton hingga akhir tahun bisa tercapai. Berdasarkan angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai tahun ini menyusut 850 ribu ton. Maman menganggap, angka itu bisa berubah melihat iklim yang sudah mendukung. n rr laeny sulistyawati/meiliani fauziah/muhammad iqbal/riga nurul iman/yulianingsih ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement