REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah calon peserta Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat dari internal parpol tersebut mulai diuji Komite Konvensi. Salah satunya, Ketua DPR Marzuki Alie menyiratkan, akan memalukan bila kader partai itu tak memenangi konvensi.
“Alangkah malunya Demokrat kalau tidak ada kader yang mempunyai kapasitas untuk maju sebagai pemimpin republik ini,” kata Marzuki saat tiba di Gedung Wisma Kodel, Jakarta Selatan, untuk diuji oleh komite, Rabu (29/8). Ia juga menyatakan siap bertarung untuk menjadi capres Republik Indonesia.
Sebagai kader Demokrat, ia menyatakan mempunyai misi tertentu mengikuti konvensi. Yakni, untuk menunjukkan ada kader partai berlambang mercy itu yang bisa maju menjadi capres. “Kita buktikan ada kader yang mampu melaksanakan tugas itu dengan baik,” kata Marzuki.
Lama malang melintang di Demokrat, Marzuki merasa pantas menjadi wakil partainya untuk maju sebagai capres. Wakil Ketua Majelis Tinggi Demokrat itu melihat ada kesempatan menang dalam konvensi. Terlebih, ia mengatakan, sudah mendapat restu dari SBY. “Ada ruang untuk mendapatkan amanah yang besar. Ya, kita jalani itu,” ujarnya.
Selain Marzuki Alie, kader Demokrat yang juga diuji Komite Konvensi kemarin adalah anggota Dewan Pembina Demokrat Pramono Edhie Wibowo. Berbeda dengan Marzuki, alih-alih mengusung partai, Pramono terkesan mengedepankan pengalamannya sebagai mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) sebagai nilai jual.
“Kombinasi pemimpin bangsa yang paling indah memang sipil-militer,” kata Pramono. Ia mengungkapkan, ditanyai Komite Konvensi soal pandangannya terhadap pertahanan nasional dan apa yang harus dilakukan bila dirinya terpilih sebagai pemenang.
Pramono yang juga adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, dirinya tak diistimewakan dalam keikutsertaan di konvensi. Menurutnya, semua peserta diperlakukan sama. Ia juga menekankan, rakyat yang nantinya menentukan pemenang konvensi. “Semua lawan saya anggap tangguh. Kami ikut konvensi dengan tujuan saling memperkuat,” ujarnya.
Sebelumnya, komite juga sudah mendatangkan anggota Majelis Tinggi Demokrat Hayono Isman pada Selasa (27/8). Dalam keterangannya setelah diuji komite, Hayono mengakui, elektabilitasnya bukan yang tertinggi di antara para calon. Kendati demikian, ia yakin hal tersebut bisa ditingkatkan pada bulan-bulan mendatang.
Senada dengan Marzuki, ia mengatakan bahwa para kader Demokrat akan saling dukung dalam konvensi. “Untuk internal, tidak akan ada kapling-kapling. Misalnya, kalau Marzuki Alie sebagai kader internal menjadi yang terbaik, kami akan saling dukung meski saya kalah darinya,” ujarnya.
Selain tiga kader Demokrat di atas, masih dua lagi yang juga diundang mengikuti konvensi. Di antaranya, Bupati Kutai Timur Isran Noor yang dikenal aktif mengampanyekan penguatan otonomi daerah. Selain Isran, diundang juga Gubernur Sulawesi UtaraSinyo Harry Sarundajang.
Selain itu, sebagian besar tokoh yang diundang mengikuti konvensi sejauh ini berasal dari eksternal partai. Pada Selasa (27/8), yang didatangkan dari nonkader adalah Ketua DPD Irman Gusman, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, dan mantan panglima TNI Endriartono Sutarto. Duta Besar Indonesia untuk AS, Dino Patti Djalal, juga sudah memenuhi panggilan.
Sedangkan Rabu kemarin, tokoh yang mula-mula memenuhi panggilan komite adalah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Secara umum dalam proses wawancara, Gita ditanyakan terkait ekonomi, sosial, hingga penegakan hukum. “Semua saya jelaskan secara gamblang. Insya Allah, saya siap ikut konvensi,” kata Gita.
Penjelasan visi-misi Gita sempat mendapat aplaus dari anggota komite. Ia juga menyempatkan diri bermain piano dihadapan awak media dan pengunjung. Menteri BUMN Dahlan Iskan juga diundang, kemarin. Selain itu, juga anggota BPK RI Ali Masykur Musa dan Gubernur Sulut Sinyo Sarundajang.
Selepas menghadap Komite Konvensi, Ali Masykur Musa menyatakan kesiapannya untuk mengikuti konvensi. Ia mengatakan akan sowan kepada para kyai dan Nahdlatul Ulama (NU) terkait kesertaannya dalam konvensi. Ali mengatakan, tradisi antara demokrasi dan religiositas merupakan satu kesatuan. Ia mengatakan, konvensi tersebut merupakan wadah untuk memadukan tradisi demokrasi dan religiositas itu.
Kesertaan tokoh-tokoh papan atas dari luar partai di konvensi telah disoroti sejumlah pihak belakangan. “Ada kemungkinan konvensi ini justru menjadi penggembosan,” kata pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Ary Dwipayana.
Menurut Ary, hal ini karena menurutnya, sedari awal sudah muncul politik favoritisme yang dilakukan sejumlah kader Demokrat terhadap calon peserta konvensi. Dukungan kader terhadap calon tertentu bisa memunculkan kekecewaan saat pihak lain memenangkan konvensi. n irfan fitrat djoko suceno/antara ed: fitriyan zamzami
BOX:
Jusuf Kalla Tolak Konvensi
Salah satu tokoh yang juga digadang-gadang mengikuti konvensi adalah mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK). Komite mengakui, telah melakukan pendekatan terhadap tetua Partai Golkar itu. Kendati demikian, Sekretaris Komite Kovensi Partai Demokrat Suaedy Marasabessy mengatakan, pendekatan tak berhasil.
JK akhirnya menegaskan tak mau mengikuti konvensi calon presiden yang diselenggarakan Partai Demokrat. “Pak JK belum bersedia. Beliau pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar sehingga menjadi tidak etis,” kata Suaedy, Rabu (28/8).
Dalam kode etik konvensi, seseorang yang mempunyai jabatan struktural di partai lain harus nonaktif dari jabatannya di partai. Selain itu, pemenang konvensi capres harus menjadi kader Partai Demokrat karena Demokrat tetap ingin mengusung kadernya sendiri pada Pemilu 2014.
Suaedy menjelaskan, sebenarnya Komite Konvensi belum memberikan undangan konvensi kepada JK. Akan tetapi, anggota komite intens menemui dan berkomunikasi dengan Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu.
Pada Selasa (27/8) malam, Komite Konvensi juga mengunjungi JK di kediamannya di Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tujuannya untuk menanyakan kesediaan JK menjadi peserta konvensi capres yang diselenggarakan Partai Demokrat.
Dari kunjungan itulah, keengganan JK dipastikan. “Undangan belum sempat diberikan. Pembicaraan tatap muka dengan JK secara nonformal antara Ketua Komite Maftuh Basyuni, Wakil Ketua Komite Taufiequrachman Ruki,” kata Suaedy. n antara ed: fitriyan zamzami
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.