REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Stagnannya transaksi saham di pasar modal membuat sejumlah perusahaan melakukan pemecahan saham perseroan (stock split). Langkah ini diharapkan dapat menggairahkan pasar dan meningkatkan likuiditas emiten. PT Sepatu Bata Tbk (Bata), misalnya, akan memecah sahamnya dengan rasio 1:100. Sekretaris Perusahaan Bata Is Sugiyono menyatakan, harga saham Bata setelah stock split menjadi Rp 10 per saham. Saat ini, harga saham perseroan sebesar Rp 1.000. “Perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan negosiasi akan berakhir pada 3 September 2013,” ujarnya, Jumat (30/8).
Selanjutnya, perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler dan negosiasi akan dimulai pada 4 September 2013. Sedangkan, tanggal penentuan pemegang rekening atau subrekening efek Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) berhak mendapatkan perubahan nilai nominal saham perseroan pada 6 September 2013.
Sementara, pendistribusian saham dengan nilai nominal Rp 10 per saham dan awal perdagangan saham dengan nominal baru dilakukan pada 9 September 2013. Presiden Direktur Bata M Imran Malik mengungkapkan, perseroan telah mendapatkan lampu merah untuk melakukan pemecahan saham dari RUPSLB sejak Juni.
Aksi korporasi ini dilakukan untuk memperbanyak jumlah saham di pasar modal dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan yang saat ini stagnan. Imran mengatakan, setelah stock split, persentase kepemilikan saham, baik perseroan maupun publik, akan tetap sama mengikuti jumlah keseluruhan saham perseroan yang ada saat ini.
Selain Bata, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) juga telah melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split per 28 Agustus 2013. Vice President Public Relations Telkom Arif Prabowo mengungkapkan, langkah ini diharapkan dapat menggairahkan perdagangan saham perseroan karena jumlah saham yang diperdagangkan semakin banyak dan harganya lebih terjangkau. Sehingga, saham Telkom lebih menarik minat investor ritel.
Pemecahan nilai saham dilakukan dengan rasio 1:5. Artinya, satu saham dengan nilai nominal Rp 250 per lembar akan dipecah menjadi lima saham dengan nilai Rp 50. Meskipun saat ini harga nominal saham Telkom hanya Rp 250 per lembar, harga transaksinya secara rerata berdasarkan perdagangan selama 30 hari terakhir mencapai Rp 11.591.
Banyaknya emiten yang melakukan pemecahan saham sangat menguntungan investor dalam negeri, terutama di tengah tingginya penarikan modal investor asing. Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Hoesen menyatakan, kondisi ini bisa dimamfaatkan pemodal domestik untuk memperbanyak porsi sahamnya.
“Investor domestik bisa membeli saham agar menjadi mayoritas di pasar modal,” katanya. Apalagi, BEI berencana mengurangi jumlah saham dalam satu lot dari 500 lembar menjadi 100 lembar sehingga investasi di pasar saham menjadi lebih terjangkau. n friska yolandha ed: fitria andayani
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.