REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kenaikan BI Rate menjadi tujuh persen berpengaruh pada bisnis pembiayaan perbankan syariah. Pasalnya, cost of fund menjadi mahal karena adanya peningkatan cukup signifikan. Perbankan syariah pun kini berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan.
Head of Syariah Bank Permata Achmad K Permana mengatakan, Permata Syariah akan mengoptimalkan rencana pembiayaan. “Pasti kami akan jauh lebih konservatif dalam menyalurkan pembiayaan di semester II ini,” ujarnya kepada Republika, Rabu (4/9).
Adapun yang menjadi perhatian Permata Syariah saat ini adalah kenaikan BI Rate (bunga acuan Bank Indonesia) akan berhenti sampai kapan. Permana menyebut ada dua hal yang harus diatur terkait kenaikan BI Rate, yakni soal likuiditas dan kemampuan nasabah tertentu, apakah mereka cukup mampu membayar angsuran akibat kenaikan BI Rate ke depannya.
Meski begitu, kata Permana, Permata Syariah tidak akan mengubah target kinerja hingga akhir tahun. Pertumbuhan Permata Syariah pada semester I sudah cukup baik. Dari Rencana Bisnis Bank (RBB) Permata Syariah yang telah diserahkan ke Bank Indonesia (BI), bank menargetkan pertumbuhan 65 persen tahun ini. Sedangkan pada semester I lalu (year on year), pertumbuhan sudah mencapai 50 persen. “Jadi, tidak terlalu sulit. Insya Allah bisa dicapai. Pembiayaan tinggal sedikit penambahan,” katanya.
Permata Syariah akan menaikkan margin sebagai imbas kenaikan BI Rate. “Karena cost of fund sudah naik 0,5 persen. Jadi, harus ada kenaikan margin,” kata Permana. Namun, ia belum bisa menentukan berapa kenaikan margin tersebut.
Permana mengatakan, kenaikan BI Rate tidak akan menyebabkan peralihan nasabah dari konvensional ke syariah maupun sebaliknya. “Proses perpindahan nasabah tidak akan signifikan terjadi karena suku bunga tinggi berdampak pada keduanya,” ujarnya.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Bank Syariah Bukopin (BSB) Nurcholis berujar, kenaikan BI Rate berpengaruh ke funding sehingga pricing menjadi naik, khususnya deposito. Untuk pembiayaan yang telah dilakukan sebelum kenaikan BI Rate, BSB tidak akan mengubah margin. “Untuk pembiayaan baru, itu yang akan kami sesuaikan,” katanya.
BSB, Nurcholis melanjutkan, akan lebih berhati-hati, misalnya dengan adanya usulan kenaikan margin. “Kita harus melihat dan mengantisipasi apakah ada nasabah yang terpengaruh terhadap kenaikan dolar AS,” ujarnya.
Menurut Nurcholis, dengan inflasi tinggi, pricing DPK akan langsung naik. Sedangkan, pembiayaan membutuhkan waktu yang mengakibatkan penekanan terhadap Net Interest Margin (NIM) sehingga NIM turun. “Tapi, kami tetap optimistis. Target kinerja BSB tetap dan tidak diubah,” katanya. n qommarria rostanti ed: irwan kelana
--------------------
Target tidak Berubah
Qommarria Rostanti
JAKARTA — Bank BNI Syariah menyatakan tidak ada perubahan target kinerja bank terkait kenaikan BI Rate. Laba akhir tahun BNI Syariah tetap pada angka Rp 110 miliar.
Permasalahan pada kondisi moneter saat ini, diakui Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano berpengaruh pada likuiditas bank. “Tapi, alhamdulillah hubungan kami dengan induk sangat baik, jadi untuk masalah likuiditas bisa tertolong,” katanya beberapa waktu lalu.
Meski begitu, BNI Syariah tetap berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan di semester II ini karena permasalahan meningkatnya suku bunga. Bank tidak ingin terjebak suku bunga meningkat, ketika dana juga meningkat sehingga berimbas pada profitabilitas.
BNI Syariah akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan. “Karena pricing cukup mengkhawatirkan dalam memasuki bisnis pembiayaan, khususnya cost of fund yang makin tinggi,” ujar Dinno.
BNI Syariah akan memperpendek durasi pembiayaan dan lebih waspada terhadap pembiayaan jangka panjang, seperti proyek konstruksi. Namun, untuk pembiayaan kepemilikan rumah atau Griya iB Hasanah masih normal karena peningkatan ekspansinya tidak terlalu tinggi, yakni Rp 1,9 triliun.
Direktur Bisnis BNI Syariah Imam T Saptono mengatakan, dampak kenaikan kurs dolar AS terhadap rupiah cukup terbatas dirasakan oleh perusahaan. Pasalnya, eksposur valas BNI Syariah sangat rendah, yakni kurang dari lima persen sehingga dampak langsungnya relatif minimal.
Sekretaris Korporat BRI Syariah Lukita T Prakasa mengatakan segmen pasar BRI Syariah ada pada ritel dan mikro. “Sejarah mencatat ketika terjadi krisis beberapa tahun lalu, segmen mikro dan ritel cenderung tidak terpengaruh krisis. Sebanyak 70 persen portofolio BRI Syariah berada pada mikro dan ritel,” katanya.
Namun, Lukita tidak menampik kenaikan BI Rate tentu akan berpengaruh pada target akhir tahun. “Yang terpenting BRI Syariah akan fokus menjaga portofolio yang baik (tidak bermasalah). Jadi, tidak terlalu ekspansi lagi,” ujarnya. n ed: irwan kelana
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.