REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Film layar lebar tentang proklamator Sukarno yang pembuatannya difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud akan disebarkan ke seluruh sekolah hingga pelosok Tanah Air. Semua masyarakat nantinya bisa menonton film tersebut dengan gratis.
“Kami akan buatkan dalam bentuk CD. Lalu, disebarkan ke sekolah. Ribuan kami gandakan diusahakan semua sekolah sampai pelosok dapat,” ujar Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Kacung Maridjan di Jakarta, Kamis (5/9). Menurut Kacung, film Sukarno ini bukan film komersial dan akan dibagikan secara gratis.
“Ini termasuk film baru yang bisa ditonton tahun depan di seluruh Indonesia,” katanya. Saat ditanya mengenai anggaran, Kacung mengatakan, dana untuk membuat film tersebut seluruhnya dari Dirjen Kebudayaan. Kendati tak menyebut jumlahnya, menurut Kacung, anggarannya cukup besar karena film yang dibuat juga kolosal.
Film akan diproduksi oleh PT Cahaya Kristal Media dan disutradarai oleh Viva Westi. Sukarno diperankan oleh Baim Wong sedangkan Ria Irawan memerankan istri pertama Sukarno, Inggit Ganarsih. Kacung menjelaskan, pemerintah berkewajiban membantu dan ikut serta dalam produksi film nasional. “Namun, pemerintah juga masih memiliki keterbatasan, yaitu anggaran dan sumber daya manusia,” ujarnya.
Menurut Kacung, sejauh ini pemerintah sudah dapat memfasilitasi film-film nonkomersial yang berkualitas. Belum ada ketentuan yang jelas apakah pemerintah bisa ikut terlibat dalam produksi film komersial. Pembuatan film Sukarno, kata dia, untuk memproduksi film cerita berkualitas yang mengandung nilai budaya, kearifan lokal, dan alat pembentukan jati diri bagi generasi muda.
Sementara, menurut Viva Westi, film yang disutradarainya akan mengisahkan serpihan-serpihan peristiwa dari fase penting perjuangan Sukarno. Ruang dan waktunya saat pengasingan di Ende, NTT, pada 1934-1938.
Viva mengatakan, aktivitas Sukarno yang menonjol selama pengasingan di Ende adalah usahanya untuk mendalami ajaran Islam. Pemahaman Sukarno tentang ajaran Islam semakin tajam, terutama setelah ia menjalin korespondensi dengan TA Hasan, seorang ulama pemimpin Persatuan Islam (Persis).
Putra Sukarno, Guruh Soekarnoputra, mengatakan, ia mendukung pembuatan film tersebut untuk disajikan ke siswa-siswi di semua sekolah. Tujuannya agar bisa menanamkan nilai-nilai patriotisme.
Guruh berpesan agar film tersebut memperhatikan validitas sejarah. Sekecil apa pun tidak boleh diabaikan. “Jangan digarap tergesa-gesa, tapi harus dibuat saksama,” katanya.
Guruh mengatakan, dari awal ia sudah mendukung film-film yang mengangkat tema Sukarno. Terlebih, perjuangan saat Sukarno dibuang ke Ende. Menurutnya, fase itu penting karena di daerah tersebut Pancasila dirumuskan.
Sementara, menurut produser film Sukarno, Catur Puja Sulistyawan, awalnya ia merencanakan beberapa fase kehidupan Sukarno untuk dibuat menjadi sebuah film. Karena, hampir semua fase dalam kehidupan Sukarno memang menarik untuk dijadikan film.
Kemudian, kata Catur, ia menentukan empat pilihan fase kehidupan tokoh proklamator tersebut. Yaitu, Sukarno dan ideologi bangsa, Sukarno dan pergaulan internasional, Sukarno dan Marxisme, serta Sukarno saat diasingkan di Ende. Akhirnya, dipilih fase yang terakhir. “Syuting film akan kami mulai pada 28 September 2013. Ya, kemungkinan memakan satu bulan,” katanya.
Baim Wong mengatakan, telah mempelajari tentang kepribadian Sukarno melalui buku-buku. “Saya juga ingin mempelajari lebih banyak tentang Sukarno melalui anak Ibu Inggit,” ujar Baim. n arie lukihardianti ed: fitriyan zamzami
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.