Jumat 06 Sep 2013 08:27 WIB
Nama Jalan

Soeharto Batal Jadi Nama Jalan

Soekarno dan Soeharto
Foto: Arsip Nasional RI
Soekarno dan Soeharto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nama mantan presiden Soeharto batal diusulkan menjadi nama pengganti Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Hal itu tak terlepas pro-kontra mengenai sosok presiden kedua Indonesa itu yang terus berkembang di masyarakat.

Alasan lain penolakan nama Soeharto karena yang bersangkutan belum menjadi pahlawan nasional. Anggota Panitia 17 Muhammad Yamin mengatakan, setelah melakukan pembahasan mendalam dan mengakomodasi masukkan masyarakat, pihaknya memutuskan nama Soeharto batal diusulkan. Situasi yang sama juga berlaku bagi mantan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Nama Jalan Ali Sadikin juga batal diusulkan mengganti nama Jalan Medan Merdeka Timur.

Sehingga, menurut Yamin, hanya dua jalan yang akan diganti, yakni Jalan Medan Merdeka Utara menjadi Jalan Sukarno dan Jalan Medan Merdeka Selatan menjadi Jalan Mohammad Hatta. “Hanya dua nama yang dipakai Sukarno dan Hatta karena dua lainnya belum pahlawan. Nama Pak Harto dan Pak Ali belum akan diusulkan,” kata Yamin, kemarin.

Pemakaian nama Soeharto untuk mengganti nama Jalan Medan Merdeka Barat diakuinya memang penuh kontroversi. Sebagian pihak menyetujui penggunaan nama tersebut, namun tak sedikit pula yang menolak.

Selain itu, untuk pemakaian nama Sukarno-Hatta tidak menjadi persoalan. Sebab, keduanya adalah proklamator kemerdekaan Indonesia. Kendati ditolak oleh sejumlah kalangan, penamaan Jalan Soeharto mendapat dukungan penuh Partai Golkar. Golkar malah menilai Soeharto pantas segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Karenanya, Golkar mendorong pemerintah agar segera memberi gelar pahlawan nasional bagi Soeharto. Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Tohari mengatakan, terlepas dari segala kekurangannya, Soeharto adalah pemimpin yang berhasil. “Partai Golkar menilai Pak Harto sangat layak menerima gelar pahlawan nasional,” kata Hajriyanto.

Hajriyanto mengatakan, di antara penolakan rakyat terhadap sosok Soeharto, masih ada masyarakat lain yang menilai positif pria yang berjuluk The Smiling General tersebut. Jumlah mereka yang menilai positif lebih besar ketimbang yang mengkritik. “Pak Harto adalah bapak pembangunan yang memberikan darma baktinya yang luar biasa kepada bangsa dan negara ini,” ujarnya.

Salah satu keberhasilan Soeharto, menurut Hajriyanto, adalah usahanya menumpas komunisme di Indonesia. Menurutnya, apa yang dilakukan Soeharto tidak bisa dilakukan pemimpin lain di dunia. “Dia menghancurkan komunisme sampai sehancur-hancurnya. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan pemimpin negara manapun di dunia ini,” katanya.

Berbeda dengan Golkar, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman menilai  bahwa usulan penggunaan nama Soeharto sebaiknya ditunda. Senada dengan Yamin, Irman menilai, disetujuinya nama Soeharto sebagai nama jalan sekaligus sebagai pahlawan masih membutuhkan waktu.

Menurutnya, sebagian masyarakat ada yang belum menerima sosok Soeharto. “Jadi, usulan ini sebaiknya diendapkan terlebih dulu sampai suasana sudah membaik. Beda kalau nama Soekarno-Hatta sudah tidak ada kontroversi, jadi bisa dijadikan nama jalan di mana saja,” ujar Irman. Usulan Jalan Soeharto, Irman menambahkan, sebaiknya dikaji secara matang. “Jangan sampai menimbulkan kontroversi yang berujung konflik,” ujarnya.

 

Tidak hanya di kalangan politikus, tetapi wacana penggunaan nama Soeharto bersama Sukarno, Hatta, serta Ali Sadikin terus menimbulkan reaksi masyarakat. Sejumlah tanggapan pun mengalir di laman Republika.co.id terkait usul pergantian nama Jalan Merdeka tersebut. n antara ed: abdullah sammy

Berikut sejumlah tanggapan masyarakat terkait kontroversi pergantian Jalan Merdeka menjadi Jalan Sukarno, Hatta, Soeharto, dan Ali Sadikin.

(Sesuatu yang bijak dari Tim 17. Ketika masih terdapat pro-kontra, buat apa dipaksakan. Sebetulnya, nama jalan yang sudah melekat dengan segala atribut pendukungnya dianggap sudah aman tanpa diganti, penggantian yang akan membawa konsekuensi perubahan administrasi yang perlu biaya/ Abi Rara di Jakarta).

(Sesuatu yang nggak bijak dari Tim 17, sebaiknya nama Jalan Medan Merdeka tidak diganti karena memiliki sejarah perjuangan Indonesia. Bung Karno sendiri yang memberi nama daerah itu. Kalo soal menghargai jasa Bapak Soekarno-Hatta, yang perlu dihargai adalah semangat perjuangan dan pemikirannya, tidak mesti dijadikan nama jalan. Apalagi sudah ada bandara Soekarno-Hatta, Gelora Bung Karno, dll. Kalau Beliau masih ada, mungkin tidak setuju nama jalan itu diganti. /Kiki Riski/Malang)

(Jalan Medan Merdeka gak perlu ganti nama. Nilai historisnya sangat tinggi karena di situ merupakan pusat pemerintahan kolonialis. Nama Medan Merdeka menunjukkan semangat terus-menerus untuk menolak segala bentuk penjajahan. Kalaupun mau ganti nama, lebih baik cari jalan-jalan yang kurang “histories”, seperti Casablanca, Kramat, Slipi, Jalan Raya Bogor, dll. /Zon Abu Fattah di Karawang).

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement