REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan (PDIP) membuka rapat kerja nasional (rakernas) di Jakarta, Jumat (6/9). Dalam pembukaan rakernas itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberi sinyal lampu hijau pada Joko Widodo (Jokowi) untuk maju sebagai calon presiden (capres) 2014.
Mega mengaku sudah mendengar derasnya aspirasi rakyat tentang figur capres baru. Dan lewat lembaga survei, mayoritas masyarakat menghendaki Jokowi tampil sebagai presiden baru Indonesia.
"Dalam kaitannya dengan kepemimpinan nasional, sebagai Ketua Umum partai, saya mendengar dengan sungguh-sungguh suara-suara yang disampaikan oleh rakyat kebanyakan, warga partai, dan bahkan sejumlah tokoh," ujar Megawati dalam pidatonya dalam pembukaan rakernas PDIP, Jumat (6/9).
Mega pun lantas memuji kaderisasi di partainya yang akhirnya memunculkan figur pemimpin baru yang dicintai masyarakat. Dalam hal ini, Mega secara tegas menyebut nama Jokowi yang dideskripsikannya sebagai pemimpin potensial. "Kami boleh berbangga karena kerja keras dan konsistensi kami mulai membuahkan hasil. Dari rahim cinta-kasih PDI Perjuangan, kini banyak lahir deretan pemimpin muda potensial, seperti Jokowi," ucap Mega.
Munculnya pemimpin muda macam Jokowi, diakui Mega, membawa spirit baru bagi PDIP menjelang Pemilu 2014. Namun Mega sadar, PDIP tak akan bisa memajukan capres bila suara mereka dalam pemilu legislatif tak mencapai angka yang signifikan. Karenanya, Mega menargetkan partainya minimal bisa mengamankan 20 persen kursi atau 25 persen suara di DPR pada Pemilu Legislatif 2014. "Untuk bisa memunculkan seorang calon presiden, kami harus mampu memenuhi syarat-syarat konstitusional, seperti pemenuhan presidential threshold. Inilah prioritas kami saat sekarang," katanya menegaskan.
Dengan mengamankan suara pada pemilu legislatiflah, lanjut Mega, PDIP akan mulai menatap pemilu presiden. Menyinggung kembali soal calon presiden, Mega tak menutup mata terhadap sosok pemimpin muda, termasuk Jokowi. Mega bahkan yakin, di tangan pemimpin muda Indonesia bisa jauh lebih baik dibanding sekarang. "Saya berkeyakinan di tangan mereka kelak kita akan mengalami Indonesia yang lebih baik."
Dalam pidatonya, Mega lantas merespons sejumlah aspirasi yang memintanya mundur dari kontestasi politik nasional sebagai capres. Mega mengaku mendengar dan membaca berita mengenai namanya yang lebih diusulkan sebagai ibu bangsa ketimbang capres.
Terkait suara-suara tersebut, Mega pun angkat komentar, "Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah surat kabar. Saya membaca dan terhenyak, lalu saya tersenyum. Karena dalam ulasannya menyatakan saya ini lebih baik sebagai Ibu Bangsa. Secara pribadi saya tersanjung, tetapi rasanya penghormatan tersebut terlampau dini ditaruh di pundak saya."
Mega mengatakan, segala penghormatan tersebut lebih pantas diterima Bung Karno. Selepas menyampaikan pidatonya, Mega mendaulat kembali memperlihatkan sinyal kepercayaannya pada Jokowi. Kali ini Mega mendaulat Jokowi untuk membacakan testimoni kehidupan karya Bung Karno bertajuk, “Dedication of Life”.
Jokowi yang juga kader PDI Perjuangan lantas membacakan "Dedication of Life" dengan penuh kesungguhan. Dengan mengenakan seragam kebesaran PDI Perjuangan berwarna merah dengan lambang Banteng Moncong Putih di dada sebelah kiri, Jokowi lantas membacakan kata per kata testimoni hidup karya Bung Karno itu.
Dedication of Life
Saya adalah manusia biasa.
Saya dus, tidak sempurna.
Sebagai manusia biasa, saya tak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Hanya kebahagiaanku adalah mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa Itulah dedication of life-ku.
Jiwa pengabdian inilah jadi falsafah hidupku. Saya nikmati dan jadi bekal hidupku.
Tanpa jiwa pengabdian ini saya bukan apa-apa.
Akan tetapi, dengan jiwa pengabdian ini, saya merasa hidupku bahagia dan membawa manfaat.
Soekarno, 10 September 1966.
Pembacaan pidato testimoni hidup karya Bung Karno oleh Jokowi sontak disambut antusias oleh sekitar 1.330 peserta rakernas. Di tempat yang sama, politikus PDI Perjuangan Pramono Anung mengatakan, rakernas yang akan berlangsung hingga Ahad (8/9) ini akan diisi dengan pengusulan nama calon presiden (capres) oleh kader daerah.
Menurut Pramono, kader daerah ini juga terlibat dalam pembahasan kriteria dan menginventarisasi nama capres. Ketika ditanya, soal makin populernya nama Jokowi sebagai capres, Pramono kembali menyerahkan hal itu kepada Megawati. "Pada kongres PDI Perjuangan di Bali tahun 2010 memutuskan bahwa ketua umum yang memiliki kewenangan menetapkan calon presiden, sedangkan rakernas adalah forum untuk melegitimasi," ujarnya.
Dalam rakernas tersebut, menurut dia, selain arahan dari ketua umum, juga akan diisi pandangan dan aspirasi para peserta rakernas dari seluruh Indonesia. "Semua itu adalah usaha untuk memenangkan pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden 2014," kata Pramono. n muhammad akbar wijaya ed: abdullah sammy
Boks
Rakernas tanpa Nama Calon Presiden
JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri rupanya terus mencermati berbagai wacana yang terjadi di masyarakat soal calon presiden pada Pemilu 2014 mendatang. Namun, Megawati mengaku sengaja tidak mau terburu-buru ikut meramaikan wacana tersebut karena merasa wacana soal capres baru relevan dibicarakan setelah mengetahui hasil Pemilu Legislatif 2014.
Putri mantan presiden Sukarno ini menegaskan, Rakernas ke-III PDI Perjuangan tidak akan menyebut nama-nama kandidat capres yang akan diusung PDI Perjuangan pada Pemilu 2014. Megawati beralasan, sikap ini dilakukan mengacu pada hasil Rakernas ke-I PDIP yang memandatkan penetapan capres kepada ketua umum, bukan forum rakernas. “Kami menjalankan amanat kongres. Soal transisi kekuasaan bukan topik rakernas,” katanya.
Rakernas ke-III PDI Perjuangan lebih diarahkan pada pemantapan konsolidasi partai. Megawati berharap publik bersabar menunggu momentum yang tepat penetapan capres PDI Perjuangan. “Untuk nama capres, tolong sabar,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Mega menegaskan, tidak ada satupun pihak yang bisa mengintervensi partainya dalam penetapan capres. Dia mengaku heran dengan berbagai pihak yang secara menggebu-gebu ingin partainya segera menetapkan capres. Menurut Megawati, dia khawatir penetapan capres yang terburu-buru bakal menimbulkan bias yang merugikan PDI Perjuangan sendiri. “Jadi, kalau ada yang menggebu atau ada yang bilang PDIP kok adem ayem karena memang saya yang diamanatkan. Saya menentukan,” ujarnya.
Saat ini PDI Perjuangan terus membangun konsolidasi guna memenangkan Pemilu 2014. Bagi Megawati, kemenangan dalam Pemilu 2014 merupakan kunci bagi PDI Perjuangan untuk bisa mengusung capres yang diharapkan masyarakat. “PDIP capai (presidential) thereshold 20 persen dahulu. Saya minta sebuah kesabaran. Nanti juga muncul nama itu. Ndak usah keburu-buru. Insya Allah tidak terlambat waktu,” katanya. n muhammad akbar wijaya ed: abdullah sammy
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.