REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Keputusan Pemerintah Arab Saudi yang mengurangi visa kerja musiman bagi warga asing untuk bekerja selama penyelenggaraan haji, membuat negara tersebut kekurangan tenaga kerja. Sejumlah sektor terdampak kebijakan ini dan dikhawatirkan tidak dapat memberikan layanan terbaiknya kepada para jamaah haji.
Ketua Komite Transportasi Arab Saudi Saad Jameel Qureshi menyatakan, sejumlah perusahaan transportasi mengalami kekurangan sopir bus untuk melayani jamaah haji. Akibat impor tenaga kerja dari negara lain tidak dimungkinkan, perusahaan pun mencari pekerja asal Saudi untuk mengisi lowongan kerja tersebut.
“Sayangnya, tak banyak pemuda Saudi yang tertarik,” ujarnya, seperti dikutip Arab News, Ahad (15/9). Hanya 2.500 pemuda Saudi yang mendaftar, sedangkan kebutuhan perusahaan transportasi mencapai lebih dari 20 ribu orang sopir. Padahal, perusahaan transportasi sejak dua bulan lalu mengiklankan kesempatan kerja tersebut.
Perusahaan bahkan menawarkan gaji hingga 4.000 riyal Saudi atau sekitar Rp 12,5 juta bagi para pemuda Saudi yang bersedia menjadi sopir. Ini belum ditambah sejumlah insentif lainnya. Tawaran tersebut lebih tinggi dibandingkan insentif yang diberikan untuk pekerja migran. Biasanya, kebanyakan supir yang berasal dari Mesir, Suriah, atau Sudan hanya dibayar rata-rata 1.500 riyal Saudi atau Rp 4,55 juta.
Kondisi ini sangat disayangkan, mengingat transportasi darat, terutama layanan transportasi bus, merupakan sektor yang vital selama musim haji. Sebanyak lebih dari 650 ribu jamaah haji asing akan menggunakan jasa bus untuk berkeliling Tanah Suci.
Sektor tersebut juga memberikan pemasukan yang besar bagi perekonomian Saudi. Selama musim haji, perusahaan jasa transportasi biasanya menghasilkan pendapatan hingga 10 triliun riyal Saudi atau Rp 30,35 triliun. Saat ini, terdapat 18 perusahaan transportasi yang mengoperasikan sekitar 20 ribu bus. Bus-bus tersebut berkapasitas masing-masing 50 orang penumpang.
Minimnya pekerja akan membuat sektor ini terancam tidak akan mampu memberikan pelayanan terbaiknya. Sejumlah perusahaan transportasi telah meminta Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi untuk mengizinkan perusahaan mempekerjakan 22 ribu tenaga migran sebagai sopir. Kementerian pun menyanggupi hal tersebut dengan syarat tenaga kerja yang digunakan masih berasal dari sesama negara Timur Tengah.
Tak hanya di sektor transportasi, kekurangan tenaga kerja juga dialami perusahaan yang menyediakan makanan untuk jamaah haji. Ketua Komite Transportasi dan Direktur Kamar Dagang dan Industri Makkah Saad Jameel Qureshi menyatakan, selama musim haji perusahaan harus menyediakan sekitar 26 juta paket makanan setiap harinya.
Ia memperkirakan, dengan jumlah tenaga kerja yang ada saat ini, kebutuhan tersebut tidak mungkin bisa dipenuhi. Akibatnya, pasokan makanan untuk jamaah haji bisa terganggu. Perusahaan juga akan menderita kerugian kolektif dengan nilainya mencapai 600 juta riyal Saudi atau sekitar Rp 1,82 triliun.
Pemerintah Arab Saudi memperketat aturan impor tenaga kerja asing setelah insiden tahun lalu. Saat itu, sebuah perusahaan layanan kebersihan memberikan 2.200 visa kerja musiman kepada sebuah agen yang berbasis di Bangladesh. Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi kemudian bersikeras agar perusahaan hanya merekrut warga Saudi yang menganggur untuk mengisi lowongan pekerjaan musiman.
Namun, menurut perusahaan, hampir mustahil merekrut warga Saudi yang bersedia bekerja berjam-jam untuk memasak, bersih-bersih, atau memberi jasa transportasi. Biasanya, sekitar 70 ribu pekerja musiman didatangkan untuk melakukan sejumlah pekerjaan tersebut. n ani nursalikah ed: fitria andayani
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.