Selasa 17 Sep 2013 05:00 WIB
Konflik Filipina

Filipina Gelar Serangan Udara

Militan Filipina
Foto: Al Jazeera
Militan Filipina

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Militer Filipina tampaknya mulai kehabisan kesabaran untuk memadamkan perlawanan kelompok pejuang Muslim di Kota Zamboanga, Filipina Selatan. Pada Senin (16/9), militer mulai melancarkan serangan udara ke lokasi persembunyian pejuang Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF).

Seperti dilaporkan Aljazirah, Senin (16/9), militer Filipina mengerahkan dua helikopter MG520 dalam operasi udara ini. Helikopter-helikopter itu menembakkan roket ke desa-desa di pesisir Kota Zamboanga, tempat pejuang MNLF bersembunyi dan menahan para sandera.

Melalui akun Twitter, Pemerintah Kota Zamboanga mengumumkan bahwa serangan udara sudah berlangsung pada pukul 13.00 waktu setempat. Serangan itu dilakukan dengan panduan tentara yang ada di darat.

Sebelumnya, militer mengaku menahan diri untuk tidak melancarkan serangan udara karena mengkhawatirkan keselamatan warga sipil. Saat ini, ketika serangan udara benar-benar telah dilakukan, juru bicara militer, Letkol Ramon Zagala, meyakinkan bahwa serangan udara tak akan membahayakan keselamatan warga sipil. ''Sebab, pasukan di darat mengarahkan serangan udara itu ke posisi-posisi yang benar-benar merupakan lokasi persembunyian MNLF,'' kata Zagala, seperti dilaporkan kantor berita AFP.

Selain serangan udara, Zagala melanjutkan, militer juga mengintensifkan operasi di darat untuk menekan posisi MNLF. Langkah ini dilakukan karena para pejuang masih terus melawan dengan melepaskan tembakan. Apalagi, mereka juga mulai membakar rumah dan meluncurkan mortir yang melukai anggota palang merah dan polisi.

Zagala yakin, krisis di Zamboanga yang telah berlangsung selama delapan hari ini akan segera berakhir. Sebab, sebagian anggota MNLF telah melarikan diri dari wilayah itu. Sebagian lainnya menyamar menjadi warga sipil. ''Karena itu, sangat penting para tetua desa membantu kami mengindentifikasi orang-orang yang bukan dari lingkungan mereka.''

Berdasarkan data dari militer Filipina, bentrokan senjata di Zamboanga dan sekitarnya telah menewaskan 62 orang, 51 di antaranya adalah anggota MNLF. Sementara, sebanyak 48 anggota MNLF ditangkap. Adapun jumlah pejuang MNLF yang terlibat penyerangan di Zamboanga mencapai sekitar 200 orang.

Meski diyakini perlawanan akan segera berakhir, jumlah sandera yang berada di tangan kelompok pejuang masih cukup banyak. Wali Kota Zamboanga Isabelle Climaco-Salazar menginformasikan, kelompok pejuang yang masih bertahan di salah satu desa menyekap 40 sandera.

Krisis di Zamboanga yang pecah sejak Senin (9/9) lalu berawal dari kekecewaan MNLF terhadap pemerintah Filipina yang dianggap mengingkari perjanjian damai pada 1996. Perjanjian itu dibuat melalui perantara Komite Gencatan Senjata Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Dalam hal ini, pemerintah Filipina dinilai mengingkari janji untuk mengembangkan daerah otonom bagi minoritas Muslim di Mindanao Selatan. MNLF juga merasa tidak dilibatkan dalam pembicaraan damai antara Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan pemerintah Filipina yang berlangsung di Kuala Lumpur.

Siap membantu

Di Jakarta, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa kembali menegaskan bahwa pemerintah Indonesia siap memfasilitasi perdamaian di Filipina Selatan. Apalagi, kelompok pejuang MNLF yang saat ini menguasai beberapa bagian Kota Zamboanga mengharapkan kesediaan masyarakat internasional untuk menengahi konfliknya dengan Pemerintah Filipina. "Belum ada permintaan resmi. Tapi, untuk memfasilitasi perdamaian, kita selalu siap untuk membantu," ujar Marty saat ditemui di Kantor Presiden, Senin (16/9).

Meski siap membantu, Marty menegaskan, Indonesia tidak bisa secara langsung ikut campur urusan rumah tangga negara lain. Bantuan dari masyarakat internasional, menurut dia, akan sangat tergantung dari pihak-pihak terkait, apakah mereka memang membutuhkan fasilitas untuk itu.

Ia mengatakan, Indonesia sebagai bagian dari Komite Perdamaian OKI berperan dalam perjanjian damai antara pemerintah Filipina dan MNLF. Karena itu, Indonesia sangat prihatin atas kondisi di Filipina Selatan yang memanas. "Kita semua berharap semua bisa diselesaikan dengan baik.'' n ichsan emrald alamsyah/esthi maharani ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement